Tag Archives: paganisme

LUCIFER dan PAGANISME (bagian 1)

Luciferian.

Asal usul dari keberadaan kelompok yang menyebut dirinya “illuminati” (Freemason/ Luciferian/Dajjal-red) telah ada sejak ribuan tahun yang lalu sejak zaman para nabi, hanya saja mereka tentunya ia tidak akan muncul ke permukaan dan diketahui oleh semua manusia dimuka bumi ini sampai waktu yang telah ditentukan. Sebagai informasi, sekelompok orang ini memang diberi kecerdasan luar biasa yang melebihi manusia pada zamannya oleh Tuhan, sehingga mereka menganggap dirinya bisa mengatur sedemikian rupa segala bentuk kehidupan di muka bumi ini, dan mereka melalaikan keberadaan Tuhan sang Pencipta dikarenakan telah merasa tingginya ilmu mereka.

Luciferian erat kaitannya dengan kelompok Paganisme yang muncul sejak pada zaman Mesir kuno. Paganisme merupakan sebuah kelompok aliran kepercayaan yang menyembah Lucifer / Iblis sebagai Tuhan mereka, dan Matahari adalah merupakan sumber segala penghidupan yang dijadikan sebagai simbol mereka akan “sebuah pengharapan” atau simbol keagungan mereka yang menggambarkan cahaya, penerang, jalan kebenaran.

Kelompok atau organisasi ini telah lama muncul sejak ribuan tahun yang lalu, dimana beberapa kejadian telah dicatat dalam beberapa kitab penting para agama mayoritas di muka bumi ini. Mengapa saya menerangkan betapa pentingnya keberadaan Luciferian ini, tidak lebih karena kelompok inilah yang nantinya akan berupaya menghancurkan seluruh kehidupan dimuka bumi ini, seperti yang tertulis dalam salah satu ayat alkitab

Daniel 8:24 The Holy bible; “The Dragon gave him his Power, and his Seat, and great authority.”

Revelation 13:24 The Holy Bible

“And they all worshipped the Dragon which gave power unto the Beast.”

Revelation 12:3,9 The Holy bible
“Behold a great Red Dragon … cast out, that old Serpent, called the Devil, and Satan, which deceiveth the whole world: He was cast out into the earth and his Angels were cast out with him.”

Mari kita lihat lagi salah satu kejadian kemunculan para ‘Luciferian’ yang pernah tercatat pada zaman nabi Sulaiman A.S didalam salah satu ayat Al Quran.

Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah diantara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: ”Ini termasuk karunia Tuhanku untuk menguji aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. 27:38-40)

Bila kita cermati ayat diatas, perlu digaris bawahi bahwa ada seseorang yang mempunyai ilmu dari Al-kitab yang sanggup membawa singgasana kepada Nabi Sulaiman A.S. point penting yang perlu kita perhatikan adalah: 1. Bahwa ada seseorang yang telah lebih dulu menguasai ilmu pengetahuan yang maha dahsyat dari sebuah Al-kitab, sehingga ia telah sanggup melakukan “perjalanan kecepatan cahaya” atau yand populer disebut “Teleporter” pada masa itu. 2. Bahwa seseorang yang mempunyai ilmu dari Al-kitab itu bukan berasal dari golongan kaum Musa A.S. Ini tersirat dari tulisan ayat diatas, yang menulis”berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-kitab”, artinya seseorang ini namanya tidak diketahui, dan menunjukkan bahwa Nabi Musa A.S tidak mengenal siapa orang tersebut dalam ayat diatas. 3. Nabi Musa A.S sangat ketakutan dalam hatinya tatkala melihat kejadian tersebut. Hal ini dapat dilihat dari ucapan diatas ” Ini termasuk karunia Tuhanku untuk menguji aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)”. Maksud dari penggalan ayat ini menunjukkan ketakutan yang begitu mendalam terhadap kejadian yang terjadi didepan mata beliau pada waktu itu, apakah beliau hendaknya mensyukuri bahwa telah ada seseorang yang telah menguasai ilmu teknologi sedemikan dahsyatnya, atau beliau hendaknya mengingkari apa yang telah beliau saksikan pada waktu itu. Mengapa beliau sangat ketakutan? ini dikarenakan beliau menyadari bahwa pada masa yang akan datang, akan tiba saat nya kehancuran umat di akhir zaman yang diakibatkan oleh sebuah kelompok yang terdiri dari ‘seseorang yang menguasai ilmu dari al-kitab’ tersebut pada waktu itu.

Musa A.S pada Zaman Firaun dan Paganisme

Perlu dicermati, mengapa kami membahas tentang Paganisme pada zaman Mesir kuno, hal ini dikarenakan kebudayaan Mesir kuno tercatatat sebagai kebudayaan tertua sepanjang sejarah manusia dimuka bumi ini, maka dari itu Kebudayaan tersebut sangat memberi pengaruh sangat besar kepada kebudayaan lainnya. dibagian bumi lain juga terdapat beberapa bentuk Paganisme lainnya yang pada dasarnya dilandasi oleh kebudayaan Mesir kuno, dimana kebudayaan tersebut memiliki prinsip yang sama akan konsep Ketuhanan.

Sejarah para kelompok pengikut aliran ini dicatat dalam sejarah memiliki masa keemasan pada zaman Firaun (Pharaoh -english,red-) dimana pada waktu itu Nabi Musa A.S hidup.

Firaun merupakan manifestasi perpanjangan tangan dari Tuhan yang perlu bantuan. Dalam bahasa Hieroglyph, firaun diartikan sebagai ‘tempat’ atau ‘rumah besar’. Para masyarakat mesir kuno pada waktu itu menganggap firaun adalah Tuhan, atau lebih spesifik merupakan penjelmaan ‘Tuhan Horus’ (God of Horus), dan pada kenyataannya, ketika berkecimpung dalam pemerintahan, Firaun yang mengatur pajak, menentukan hukuman hingga kepemimpinannya sebagai pendeta tertinggi. Pada zaman Firaun inilah mereka (kaum Luciferian) sangat besar andilnya bagi kehidupan para Firaun dalam membantu menjalankan pemerintahan di Mesir.

Firaun tentunya menganggap bahwa dirinya adalah Tuhan yang wajib disembah, sehingga dia menggunakan segala daya upaya untuk meyakinkan seluruh penduduknya pada waktu itu bahwa ia lah yang paling sempurna dan wajib disembah oleh seluruh penduduk mesir, bahkan dimuka bumi. Secara logika, tentunya hal ini tidaklah mudah baginya untuk mewujudkan segala ambisinya bila bekerja secara sendirian, dan ia melihat peluang dari Lucifer; yang memiliki tipu daya dahsyat, dan menawarkan bantuannya kepada Firaun agar segala tujuannya dapat terwujud. Maka dilakukanlah semacam perjanjian, atau kontrak antara Firaun dan Lucifer, dan berupaya mencapai tujuannya satu sama lain.

masing-masing memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, yaitu:

Lucifer: Berusaha menggiring seluruh umat manusia agar mengingkari perintah Tuhan, dengan jalan menggiring manusia agar menyembah Tuhan yang salah. Hal ini mudah dimengerti, karena memang Setan/Iblis telah berjanji kepada Tuhan agar diberi waktu hingga kiamat nanti agar leluasa mempengaruhi seluruh manusia dimuka bumi agar keluar dari seluruh perintah Tuhan, dan mengikuti segala keinginan Setan/Iblis agar manusia terjerumus.

Firaun: Berusaha untuk memaksa seluruh umat manusia agar menyembah dirinya, bukan menyembah Tuhan. Ia menganggap bahwa Tuhan itu tidak ada.

Maka Setan melihat ini adalah sebuah peluang untuk memanfaatkan Firaun sebagai perpanjangan kaki tangannya dalam mewujudkan semua tujuannya menghancurkan seluruh kehidupan umat manusia. Melihat kekuasaan dan kecerdasan yang dimiliki Firaun, maka tentu tidaklah sulit baginya. Firaun membuat perjanjian dengan Setan bahwa Setan akan selalu membantu segala kemauan Firaun asalkan Firaun selalu mengikuti apa yang diperintahkan oleh setan tentunya sebagai timbal balik.

Singkat cerita, sejak saat itu Firaun selalu dibantu oleh sekelompok orang yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata manusia pada umumnya dan mereka menguasai sihir, dan tentunya sesuai perjanjian dan atas kesombongan dirinya sendiri, ia menyembah Tuhan lain yang diisyaratkan oleh setan, atau biasa disebut dewa-dewa yang biasa disebut ‘Paganisme’. Dibangunlah Piramida sebagai manifesto persembahan dirinya kepada Dewa Pagan.