"Jika tidak bisa membuat sesuatu jadi lebih bersih maka janganlah membuatnya jadi lebih kotor"
Perhelatan Hari Bumi kali ini diwarnai oleh dilepasnya sebuah karya yang bertajuk “Tinggalkan Hanya Jejak” oleh musisi berbakat bernama Zubey. Tinggalkan Hanya Jejak sebuah karya yang mengangkat isu-isu mengenai lingkungan hidup dengan komposisi musik yang ringan, easy listening dan catchy, mungkin hal ini sangat berbeda 180 derajat mengingat Zubey ini adalah salah seorang pelaku musik (gitaris) di ranah musik Grunge bersama bandnya Freak.
Tapi disisi lain Zubey ini memiliki kepedulian yang cukup tinggi terhadap alam dan lagu ini merupakan rangkuman pengalamannya bergumul dengan alam bebas.
Pesan utama dalam lagu ini ialah “Jika tidak bisa membuat sesuatu jadi lebih bersih maka janganlah membuatnya jadi lebih kotor”. Tinggalkan Hanya Jejak dapat disimak digerai-gerai digital, klik saja link dibawah ini.
Bila anda sering melakukan perjalanan ke Luar Negeri, atau minimal pernah traveling’ ke Luar Negeri, sepintas anda ‘mungkin tidak akan pernah menyangka, bahwa sebetulnya banyak perkumpulan komunitas Indonesia di seluruh berbagai dunia, termasuk komunitas seni Indonesia di setiap negara yang anda kunjungi.
Australia merupakan satu negara di dunia sebagai peminat kebudayaan Indonesia terbesar. Selain posisi geografis kedua negara yang berdekatan, tentunya ketertarikan Australia kepada kebudayaan Indonesia adalah karena keunikan dan ragam jenis budaya yang termasuk eksotis.
Dari berbagai para pejuang seni yang berada di Australia, terdapat satu sosok seniman yang boleh dibilang termasuk senior dan sangat berperan dalam kemajuan Budaya Nusantara. Sosok itu dikenal dengan nama Dodi Darmadi.
Lahir di Bandung, punggawa seni Sunda ini bergelut di dunia seni sejak ia lulus kuliah di Akademi Seni dan Tari Indonesia (ASTI), di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Mendalami Seni Sunda Karawitan, setelah lulus ia akhirnya memutuskan untuk mengembangkan kebudayaan Nusantara ini ke negara lain, dan pilihannya jatuh kepada Australia.
Selama hampir 20 tahun tinggal di Australia, pria yang akrab disapa “Mang Engang” ini sempat tinggal beberapa lama di Sydney, Melbourne, dan Queensland, akhirnya ia memilih kota Adelaide, di Wilayah South Australia sebagai pelabuhannya dalam petualangan mengembangkan Kesenian Indonesia, khususnya budaya Sunda.
Sosok Dodi Darmadi dikalangan Komunitas Indonesia di Adelaide dikenal sebagai sosok yang humoris, penolong, sederhana dan mudah bergaul, sehingga tidak heran bila ia mudah dikenal dari penampilannya yang apa adanya.
Dalam keseharaiannya, beliau aktif melakukan workshop dan pelatihan Seni Sunda di Sekolah lokal Adelaide. Saat ini ia aktif melakukan aktifitas sebagai pengajar kelompok Gamelan Adelaide “Laras Sunda”.
Menguasai berbagai alat instrumen tradisional sunda seperti Suling, Kecapi, dan Kendang, tidak heran bila ia sangat aktif dalam berbagai kegiatan seni kontemporer maupun Tradisional di Kota Adelaide.
Kontribusinya dalam mengembangkan Budaya Nusantara, khususnya Budaya Sunda, tidak perlu diragukan lagi.
Tanpa kenal lelah, ia tetap konsisten dalam menjalankan misinya untuk mengembangkan dan memperkenalkan Budaya Sunda di Adelaide.
Dengan kemampuannya dalam menguasai instrumen tradisional, tidak heran ia banyak menerima tawaran workshop, pertunjukan dalam komunitas lokal, hingga mengajar musik Sunda di bergai Sekolah lokal di Adelaide.
Aktif mengajar di berbagai sekolah di Adelaide, ia senantiasa memberikan pengarahan mendalam tentang dasar Kesenian Tradisional Nusantara. (Sumber foto: internet)
Langkah beliau dalam mengembangkan Kesenian Nusantara di Luar Negeri layak diacungi jempol dan hendaknya dapat dijadikan contoh bagi generasi muda saat ini, yang diharapkan nantinya Budaya Nusantara dapat dikenal lebih luas lagi di berbagai pelosok dunia, dan bisa mengharumkan budaya bangsa di seluruh penjuru dunia.