Tag Archives: indie music

Zubey Membumi Dengan Tinggalkan Hanya Jejak

"Jika tidak bisa membuat sesuatu jadi lebih bersih maka janganlah membuatnya jadi lebih kotor"

Perhelatan Hari Bumi kali ini diwarnai oleh dilepasnya sebuah karya yang bertajuk “Tinggalkan Hanya Jejak” oleh musisi berbakat bernama Zubey. Tinggalkan Hanya Jejak sebuah karya yang mengangkat isu-isu mengenai lingkungan hidup dengan komposisi musik yang ringan, easy listening dan catchy, mungkin hal ini sangat berbeda 180 derajat mengingat Zubey ini adalah salah seorang pelaku musik (gitaris) di ranah musik Grunge bersama bandnya Freak.

Tapi disisi lain Zubey ini memiliki kepedulian yang cukup tinggi terhadap alam dan lagu ini merupakan rangkuman pengalamannya bergumul dengan alam bebas.


Pesan utama dalam lagu ini ialah “Jika tidak bisa membuat sesuatu jadi lebih bersih maka janganlah membuatnya jadi lebih kotor”.
Tinggalkan Hanya Jejak dapat disimak digerai-gerai digital, klik saja link dibawah ini.


https://linktr.ee/zubey

Mari Berdansa Bersama King Of Chaindown

Bandung sebagai embrio musik tanah air. Khususnya musik yang bergerak diranah subkultur sehingga berderetan musisi yang memilih jalur non-mainstream dalam berkarya.
Diantara deretan kelompok musik yang berada dijalur non-mainstream ini adalah King Of Chaindown sebuah band yang mengaku beraliran Rock n Roll vintage 60’s 70’s. Tampil garang dengan memasukan unsur Brass Section kedalam karya-karya mereka, King Of Chaindown (KOC) yang digawangi oleh Kolenank – Gitar, Dicky Wood – Bass, Angga Mike – Vokal, Irwan – Trumpet, Hamdan – Trombon dan dibantu beberapa additional player.
Dibentuk di Bandung 12 Juni 2005 lalu KOC dengan musiknya ingin mengajak pendengarnya untuk berdansa. Dipengaruhi oleh beberapa musisi kawakan dunia seperti Chuck Berry, Bob Dylan, Elvis Presley, Muddy Water, Rolling Stones, Led Zeppelin dan Stray Cats, KOC berusaha untuk membuat imej mereka sendiri tanpa harus menjadi idola mereka yang telah mempengaruhi mereka.
Dengan keinginan menginterpretasikan ide dan menjadi bagian dari blantika musik nasional, maka pada 2018 lalu dibawah label NEVERSTOP Records terbitlah It’s Rockin’ Time.
Album yang diterbitkan secara digital ini terdiri dari lima track yang mereka ciptakan sendiri yaitu Kebebasan, Make Luv, Mr. Boogie, Gadis Malam, Ratu Dansa yang bisa disimak di gerai-gerai digital seperti Joox, Spotify dan lainnya.

joox_fb_share-e1565623148632.jpg

index

Akbar Savio, satu diantara seribu


img-20190719-wa00311678065819.jpg

Dari 18133 cahaya bintang di Citeureup, ada satu cahaya bintang yang bersinar unik dan menarik perhatian. Akbar Savio adalah musisi dari sekian musisi asal Bogor yang tengah bersinar dengan terangnya, menularkan semangat dan hasrat musiknya dalam karya-karyanya yang membuat rasa nyaman dan jujur. Beberapa waktu lalu Akbar melepas single bertajuk Home, satu karya yang ditulisnya bersama Damar yang mengisahkan kerinduan seorang Damar terhadap kampung halaman beserta romantika dan dinamika didalamnya, karya ini bisa dinikmati dikanal resmi YouTube Akbar. Bon Iver adalah kugiran panutan seorang Akbar dan semoga suatu saat akan dapat berkolaborasi dalam berkreasi atau sekedar jamming diatas panggung, semoga!.maxresdefault
Ada satu keunikan lagi, kalau pada masa lampau ternyata Akbar ini adalah seorang pencabik bass dari sebuah kugiran pemuja RHCP. Dan sebagai seorang pemimpi ulung Akbar yang bekerja reguler di lembaga sosial, dan saat ini masih menjalankan radio streaming bersama teman temannya di Bogor bermimpi memiliki album rekaman yang bukan sekedar album pengisi rak koleksi, bisa tampil dihadapan publik yang lebih besar, dan punya keluarga yang hidup dengan baik dan bahagia. Aamiiin
KEEP ON ROCKIN’ IN THE FREE WORLD, BUDDY!

‘Home Recording’ Dengan Budget Minimum

Topik

Hingga saat ini, kebutuhan akan peralatan rekam suara / “Audio Recording equipment” menjadi sangat penting, seiring dengan berkembangnya industri musik.

Dalam dunia musik, sering kita terlibat dengan sebuah kegiatan yang kita sebut dengan istilah ‘rekaman’ atau ‘nge-track’ untuk bahasa gaulnya.

Ada banyak cara untuk merekam hasil karya kita kedalam bentuk media lain yang dapat didengar oleh orang lain, diantaranya dengan cara merekam lagu kita kedalam bentuk format audio yang disimpan dalam media Compact Disc atau biasa disebut CD.

Proses perekaman ini dapat dilakukan secara efektif dan efisien tanpa memerlukan dana besar seperti pada umumnya. Sekarang telah banyal tersedia peralatan rekaman kualitas memadai dengan harga terjangkau.

Perlu diingat bahwa dalam proses ini tentulah jenis peralatan dan sumber daya manusia sangat berperan penting, selain itu belum tentu pula jenis peralatan yang mahal harganya akan menjamin kualitas rekaman yang dihasilkan tanpa didukung oleh SDM yang memadai.

Sebaliknya, dengan SDM yang memadai, meskipun menggunakan peralatan yang ‘ala kadarnya’ tapi akan sanggup membuat sebuah hasil rekaman yang memadai atau minimal layak dengar sebagai demo atau bahkan ‘Indie Production’.

Apa itu ‘Audio Interface‘?

Bagi yang telah lama berkecimpung dalam dunia industri produksi rekaman, baik itu industri profesional maupun ‘home recording’, tentunya kita telah terbiasa dengan sebuah alat rekam audio yang fungsinya menangkap sinyal audio untuk dirubah kedalam sinyal digital kedalam seperangkat alat rekam atau komputer.
Alat inilah yang dinamakan ‘Audio Interface’ atau sound converter dalam istilah sehari-hari. Tentunya, dalam era digitalisasi sekarang ini, para pelaku industri ‘home recording’ maupun ‘semi pro-recording’ dimanjakan dengan beberapa pilihan jenis ‘audio interface’ yang sekarang banyak tersedia dipasaran sesuai dengan kebutuhan, dan kita harus jeli dalam menentukan ‘audio interface’ pilihan kita agar sesuai dengan kebutuhan kita.

Dalam posting ini, saya ingin sedikit berbagi informasi tentang jenis ‘Audio Interface’ yang sesuai dengan pilihan kita, tentunya lebih difokuskan kepada harga yang terjangkau. Saya persilahkan kepada pembaca untuk memberikan masukan tentang pilihan ‘audio interface’ pilihan anda yang sesuai dan mudah-mudahan akan menjadi masukan bagi pembaca yang lain tentang informasi mengenai alat rekam atau ‘audio interface’.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan.

Dalam memilih Audio Interface, kita perlu mencermati beberapa hal yang dapat mendeskripsikan lebih detail tentang Audio Interface yang kita butuhkan sesuai selera kita. Biasanya, kebutuhan seseorang akan Audio Interface dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Keperluan untuk playback recording;
2. Keperluan untuk merekam audio;
3. Keperluan untuk merekam audio dan penggunaan MIDI;
4. Keperluan untuk merekam audio, penggunaan MIDI, serta merekam input lainnya.

Dalam hal jenis media ini, ada beberapa informasi tentang feature yang umunya terdapat dalam sebuah Audio Interface;

1. 10 x 10 Up to 24-bit / 96kHz fidelity.

ini menggambarkan jumlah input yang dimiliki oleh sebuah Audio Interface. 10×10 berarti AI ini memiliki jumlah input sebanyak 10 chanel, dimana sangat efektif bila kita ingin merekam sebuah lagu secara ‘live”. Sedikit info, untuk merekam sebuah track drum secara live, minimal kita memerlukan 5 input diantaranya untuk merekam Overhead, Cymbals, snare, kick dan tom.

Dan arti ’24-bit/96kHz’ disini menggambarkan kualitas atau resolusi rekaman yang sanggup diterima oleh Ai tersebut, semakin tinggi resolusinya, maka akan semakin baik kualitas rekamannya. Sebagai gambaran, sebuah hasil rekaman audio CD memiliki resolusi 16 bit dan 44.1 khz, sedangkan hasil rekaman audio DVD memiliki resolusi 24 bit dan 48 khz.

2. 8 x 8 analog I/O on balanced/unbalanced 1/4” TRS
Artinya Audio interface tersebut memilki 8 buah input/output dalam bentuk jack 1/4″ TRS (merupakan konektor yang sering kita gunakan dalam kabel instrumen sehari-hari pada umumnya)

3. S/PDIF digital I/O (coaxial) with 2-channel PCM
S/PDIF merupakan singkatan dari “Sony Panasonic Digital InterFace”. ini merupakan sebuah feature yang memungkinkan sebuah audio interface dapat saling berhubungan dengan media lain dari produk atau merk yang berbeda sesuai dengan namanya (SONY dan PANASONIC) merupakan feature dalam mengotrol data antar media.

4. digital I/O supports surround-encoded AC-3 and DTS pass-through

Audio interface ini dapat mengkonversi data audio kedalam berbagai jenis file dengan resolusi tertinggi yaitu 96 khz.

5. 1 x 1 MIDI I/O Jumlah MIDI input yang dimiliki oleh sebuah Audio Interface.

6. analog outs can directly drive up to 7.1 surrounds.

Merupakan feature yang mampu merubah sinyal analog kedalam jenis ‘7.1 surround system’. Maksud dari angka 7.1 ini adalah sebuah sinyal suara yang dapat dibagi menjadi 7 sudut bagian secara stereo. Normalnya, para penikmat audio pada umumnya menikmati kualitas stereo surround setara 5.1, dimana artinya sinyal audio dapat didengar dari 5 sudut yang berbeda sekaligus. Contoh paling sering kita jumpai mengenai jenis surround sound ini bila kita menonton dalam bioskop layar lebar, dimana beberapa bagian suara dapat kita dengarkan dari sisi yang berbeda.

Inilah mengapa “surround system” ini amat penting dalam industri musik bahkan perfilman pada umumnya.

7. +4dBu/-10dBV operation individually switched on rack-mount unit.

8. Word clock I/O for sample-accurate device synchronization.

9. Software-controlled 36-bit internal DSP digital mixing/recording.

10. zero-latency monitoring.

Berikut ini salah satu hasil mixing dan rekaman menggunakan Audio Interface digital sederhana:

http://soundcloud.com/berriroquai/sampai-kapanpun

Jenis Koneksi dan Software-controlled.

Untuk hal ini sinyal audio yang terekam bisa didapat melalui berbagai macam sumber,

1. Sinyal yang diproses langsung secara ‘live’ melalui input Audio Interface.

2. Koneksi MIDI.

Hal ini biasanya berhubungan dengan software yang perlu diinstal terlebih dahulu kedalam Komputer anda, dan suara atau sumber sinyal didapat dari software yang sudah terinstall. Untuk proses kegiatan recording dengan menggunakan fasilitas MIDI ini, jalur input yang digunakan menggunakan MIDI Input yang biasanya terdapat dibagian belakang Interface. Untuk Audio Interface zaman sekarang, Audio Interface sudah dapat dikoneksi kepada Komputer melalui USB port, sehingga kita tidak perlu membeli MIDI interface tambahan yang disambungkan ke Komputer.