"Jika tidak bisa membuat sesuatu jadi lebih bersih maka janganlah membuatnya jadi lebih kotor"
Perhelatan Hari Bumi kali ini diwarnai oleh dilepasnya sebuah karya yang bertajuk “Tinggalkan Hanya Jejak” oleh musisi berbakat bernama Zubey. Tinggalkan Hanya Jejak sebuah karya yang mengangkat isu-isu mengenai lingkungan hidup dengan komposisi musik yang ringan, easy listening dan catchy, mungkin hal ini sangat berbeda 180 derajat mengingat Zubey ini adalah salah seorang pelaku musik (gitaris) di ranah musik Grunge bersama bandnya Freak.
Tapi disisi lain Zubey ini memiliki kepedulian yang cukup tinggi terhadap alam dan lagu ini merupakan rangkuman pengalamannya bergumul dengan alam bebas.
Pesan utama dalam lagu ini ialah “Jika tidak bisa membuat sesuatu jadi lebih bersih maka janganlah membuatnya jadi lebih kotor”. Tinggalkan Hanya Jejak dapat disimak digerai-gerai digital, klik saja link dibawah ini.
Berada di peringkat keempat terbesar dalam hal produksi sebanyak kurang lebih 648ribu ton, Kopi Indonesia berada setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Pada dasarnya hanya terdiri dari tiga macam biji kopi yang tumbuh di Indonesia, yaitu biji kopi arabika, biji kopi robusta, dan biji kopi Liberika. Kopi di Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia diberkati dengan lokasi geografis sangat cocok untuk difungsikan sebagai perkebunan kopi. Indonesia memiliki tata letak yang ideal dengan iklim mikro untuk pertumbuhan dan produksi kopi. Walaupun hanya ada tiga jenis kopi di Indonesia, namun disetiap daerah memiliki kekhasan cita rasa dan aromanya masing-masing yang dikarenakan kondisi iklim dan kebiasaan penduduk di daerah masing-masing. Seperti contoh kopi Bali atau umum kopi Kintamani dikatakan salah satu di antara jenis kopi arabika, yang dikenal memiliki rasa manis dan lembut. Kopi Kintamani memiliki tingkat keasaman yang sama dengan kopi Jawa. Namun, ada yang membedakan yaitu dari aroma, Kopi Bali memiliki aroma tajam dibandingkan dengan kopi Jawa. Sedangkan kopi Sumatera memiliki rasa terberat dengan tekstur yang paling halus dan kompleks di kumpulan berbagai kopi di dunia. Di Sumatera Utara, ada tiga terbaik daerah penghasil yaitu Lintongnihuta, Mandailing, dan Sidikalang. Kopi kekhasan Sidikalang diperoleh dari kondisi daerahnya dimana kombinasi udara dingin dan jenis tanah di Bukit Barisan dengan ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. Dan Warung Kopi Eta Tea menyajikan kopi yang dinamakan Kopi Blend dimana didalam sajian kopi ini menggabungkan berbagai kekhasan kopi Indonesia dalam satu cangkir kopi dengan aroma dan cita rasa yang unik. Suasana di Warung Kopi Eta Tea ini sangat cocok untuk Anda yang ingin bersantai sore dengan teman sembari minum kopi sambil mendengarkan alunan musik jazz dan new wave. Kopi Blend dengan komposisi 40% kopi arabica Jawa Barat, 40% kopi Kintamani dan 20% kopi robusta Sidikalang disajikan dengan biji kopi yang digiling dadakan lalu diseduh dengan air mendidih yang diukur suhunya sehingga muncul aroma dan cita rasa dari kopinya yang unik. Tidak hanya menyajikan kopi Blend saja, namun disini juga terdapat menu makanan seperti donat, mie rebus, cireng bumbu rujak. Meskipun tempatnya berukuran sedang, namun Warung Kopi Eta Tea ini sangat nyaman untuk bersantai untuk waktu yang lama. Jika anda sekalian sedang berada di Bandung atau tinggal di Bandung bisa datang ke Warung Kopi Eta Tea Jalan Pasang No.2 Bandung untuk menikmati racikan semangat Bhinneka Tunggal Ika dalam secangkir kopi. Lalu tunggu apalagi?…mulai menjelajahi Indonesia dari secangkir kopi.
The musicians have finally had their chances to show thier competency and become legally certified by the governmnets. Also to face an ASEAN Economic Community, this certification could be a one big leaps for musician to perform nationally and internationally.
A few days ago, about 140 musicians representatives from legal music association had gone through some tests and assessments in Bandung, West Java, Indonesia.
This occations initiated by LSP (Lembaga Sertifkasi Profesi, Indonesia-red.) or “Profession Certification Institution”, and fully funded by BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) or Creative Economy Council.
LSP is a government organization that works in a domain of licensing all the occupation subjects in Indonesia, and BEKRAF is an economic organization under the president that hace an econmomics responsibilities in a domain of national tourism. “It’s almost three years that we have done a lot of research and a long preparation to fulfilled a certification for all of the competent musician to establish an acknowledgment of a skilled musicians in our country”, said the director of LSP, Johnny W Maukar. Then, the main objetives of the event is to give an examination to musician whether they’re qualified or not and the provide an eligible musician internationally.
The tests itself is divided into several groups regarding to the instrumentalist (Piano, bass, drums, guitar, and vocal). The void assesors from the governments were being accompanied by the well-known Indonesian music experts such as Cendy Luntungan (Drums), Jimmy Manopo (Drums), Oece F Tekol (Bass), Bertha (Vocal), Amir Roes (Vocal), Yon Dygta (Piano), Januar Ishaq (Piano), and Arche Rampengan (Guitar).
All the participants have to done several tests and assesment activitis from 10th of May untill 12th of May 2018 in Bandung, West Java, that held at Aston Tropicana Hotel and STIMB (Sekolah Tinggi Ilmu Musik Bandung).
Bila anda sering melakukan perjalanan ke Luar Negeri, atau minimal pernah traveling’ ke Luar Negeri, sepintas anda ‘mungkin tidak akan pernah menyangka, bahwa sebetulnya banyak perkumpulan komunitas Indonesia di seluruh berbagai dunia, termasuk komunitas seni Indonesia di setiap negara yang anda kunjungi.
Australia merupakan satu negara di dunia sebagai peminat kebudayaan Indonesia terbesar. Selain posisi geografis kedua negara yang berdekatan, tentunya ketertarikan Australia kepada kebudayaan Indonesia adalah karena keunikan dan ragam jenis budaya yang termasuk eksotis.
Dari berbagai para pejuang seni yang berada di Australia, terdapat satu sosok seniman yang boleh dibilang termasuk senior dan sangat berperan dalam kemajuan Budaya Nusantara. Sosok itu dikenal dengan nama Dodi Darmadi.
Lahir di Bandung, punggawa seni Sunda ini bergelut di dunia seni sejak ia lulus kuliah di Akademi Seni dan Tari Indonesia (ASTI), di Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Mendalami Seni Sunda Karawitan, setelah lulus ia akhirnya memutuskan untuk mengembangkan kebudayaan Nusantara ini ke negara lain, dan pilihannya jatuh kepada Australia.
Selama hampir 20 tahun tinggal di Australia, pria yang akrab disapa “Mang Engang” ini sempat tinggal beberapa lama di Sydney, Melbourne, dan Queensland, akhirnya ia memilih kota Adelaide, di Wilayah South Australia sebagai pelabuhannya dalam petualangan mengembangkan Kesenian Indonesia, khususnya budaya Sunda.
Sosok Dodi Darmadi dikalangan Komunitas Indonesia di Adelaide dikenal sebagai sosok yang humoris, penolong, sederhana dan mudah bergaul, sehingga tidak heran bila ia mudah dikenal dari penampilannya yang apa adanya.
Dalam keseharaiannya, beliau aktif melakukan workshop dan pelatihan Seni Sunda di Sekolah lokal Adelaide. Saat ini ia aktif melakukan aktifitas sebagai pengajar kelompok Gamelan Adelaide “Laras Sunda”.
Menguasai berbagai alat instrumen tradisional sunda seperti Suling, Kecapi, dan Kendang, tidak heran bila ia sangat aktif dalam berbagai kegiatan seni kontemporer maupun Tradisional di Kota Adelaide.
Kontribusinya dalam mengembangkan Budaya Nusantara, khususnya Budaya Sunda, tidak perlu diragukan lagi.
Tanpa kenal lelah, ia tetap konsisten dalam menjalankan misinya untuk mengembangkan dan memperkenalkan Budaya Sunda di Adelaide.
Dengan kemampuannya dalam menguasai instrumen tradisional, tidak heran ia banyak menerima tawaran workshop, pertunjukan dalam komunitas lokal, hingga mengajar musik Sunda di bergai Sekolah lokal di Adelaide.
Aktif mengajar di berbagai sekolah di Adelaide, ia senantiasa memberikan pengarahan mendalam tentang dasar Kesenian Tradisional Nusantara. (Sumber foto: internet)
Langkah beliau dalam mengembangkan Kesenian Nusantara di Luar Negeri layak diacungi jempol dan hendaknya dapat dijadikan contoh bagi generasi muda saat ini, yang diharapkan nantinya Budaya Nusantara dapat dikenal lebih luas lagi di berbagai pelosok dunia, dan bisa mengharumkan budaya bangsa di seluruh penjuru dunia.