Bagi yang telah lama berkecimpung dalam dunia industri produksi rekaman, baik itu industri profesional maupun ‘home recording’, tentunya kita telah terbiasa dengan sebuah alat rekam audio yang fungsinya menangkap sinyal audio untuk dirubah kedalam sinyal digital kedalam seperangkat alat rekam atau komputer, alat inilah yang dinamakan ‘Audio Interface’ atau sound converter dalam istilah sehari-hari.
Tentunya, dalam era digitalisasi sekarang ini, para pelaku industri ‘home recording’ maupun ‘semi pro-recording’ dimanjakan dengan beberapa pilihan jenis ‘audio interface’ yang sekarang banyak tersedia dipasaran sesuai dengan kebutuhan, dan kita harus jeli dalam menentukan ‘audio interface’ pilihan kita agar sesuai dengan kebutuhan kita.
Audio Interface
Sedikit informasi tentang jenis ‘Audio Interface’ yang sesuai dengan pilihan kita, tentunya lebih difokuskan kepada harga yang terjangkau.
Seperti halnya sebuah studio rekaman pada umumnya, diperlukan sebuah media perekam yang meng’capture’ sinyal-sinyal audio yang dibuat oleh sumber suara atau instrument. Media perekam ini disebut dengan “Audio Interface”.
Saya persilahkan kepada pembaca untuk memberikan masukan tentang pilihan ‘audio interface’ pilihan anda yang sesuai dan mudah-mudahan akan menjadi masukan bagi pembaca yang lain tentang informasi mengenai alat rekam atau ‘audio interface’.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan.
Dalam memilih Audio Interface, kita perlu mencermati beberapa hal yang dapat mendeskripsikan lebih detail tentang Audio Interface yang kita butuhkan sesuai selera kita. Biasanya, kebutuhan seseorang akan Audio Interface dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Keperluan untuk playback recording;
2. Keperluan untuk merekam audio;
3. Keperluan untuk merekam audio dan penggunaan MIDI;
4. Keperluan untuk merekam audio, penggunaan MIDI, serta merekam input lainnya.
Dalam hal jenis media ini, ada beberapa informasi tentang feature yang umunya terdapat dalam sebuah Audio Interface;
1. 10 x 10 Up to 24-bit / 96kHz fidelity.
ini menggambarkan jumlah input yang dimiliki oleh sebuah Audio Interface. 10×10 berarti AI ini memiliki jumlah input sebanyak 10 chanel, dimana sangat efektif bila kita ingin merekam sebuah lagu secara ‘live”. Sedikit info, untuk merekam sebuah track drum secara live, minimal kita memerlukan 5 input diantaranya untuk merekam Overhead, Cymbals, snare, kick dan tom.
Dan arti ’24-bit/96kHz’ disini menggambarkan kualitas atau resolusi rekaman yang sanggup diterima oleh Ai tersebut, semakin tinggi resolusinya, maka akan semakin baik kualitas rekamannya. Sebagai gambaran, sebuah hasil rekaman audio CD memiliki resolusi 16 bit dan 44.1 khz, sedangkan hasil rekaman audio DVD memiliki resolusi 24 bit dan 48 khz.
2. 8 x 8 analog I/O on balanced/unbalanced 1/4” TRS
Artinya Audio interface tersebut memilki 8 buah input/output dalam bentuk jack 1/4″ TRS (merupakan konektor yang sering kita gunakan dalam kabel instrumen sehari-hari pada umumnya)
3. S/PDIF digital I/O (coaxial) with 2-channel PCM
S/PDIF merupakan singkatan dari “Sony Panasonic Digital InterFace”. ini merupakan sebuah feature yang memungkinkan sebuah audio interface dapat saling berhubungan dengan media lain dari produk atau merk yang berbeda sesuai dengan namanya (SONY dan PANASONIC) merupakan feature dalam mengotrol data antar media.
4. digital I/O supports surround-encoded AC-3 and DTS pass-through
Audio interface ini dapat mengkonversi data audio kedalam berbagai jenis file dengan resolusi tertinggi yaitu 96 khz.
5. 1 x 1 MIDI I/O Jumlah MIDI input yang dimiliki oleh sebuah Audio Interface.
6. analog outs can directly drive up to 7.1 surrounds.
Merupakan feature yang mampu merubah sinyal analog kedalam jenis ‘7.1 surround system’. Maksud dari angka 7.1 ini adalah sebuah sinyal suara yang dapat dibagi menjadi 7 sudut bagian secara stereo. Normalnya, para penikmat audio pada umumnya menikmati kualitas stereo surround setara 5.1, dimana artinya sinyal audio dapat didengar dari 5 sudut yang berbeda sekaligus. Contoh paling sering kita jumpai mengenai jenis surround sound ini bila kita menonton dalam bioskop layar lebar, dimana beberapa bagian suara dapat kita dengarkan dari sisi yang berbeda.
Inilah mengapa surround system ini amat penting dalam industri musik bahkan perfilman pada umumnya.
7. +4dBu/-10dBV operation individually switched on rack-mount unit.
8. Word clock I/O for sample-accurate device synchronization.
9. Software-controlled 36-bit internal DSP digital mixing/recording.
10. zero-latency monitoring.
Berikut ini salah satu hasil mixing dan rekaman menggunakan Audio Interface digital sederhana:
http://soundcloud.com/berriroquai/sampai-kapanpun
Jenis Koneksi dan Software-controlled.
Untuk hal ini sinyal audio yang terekam bisa didapat melalui berbagai macam sumber,
1. Sinyal yang diproses langsung secara ‘live’ melalui input Audio Interface.
2. Koneksi MIDI.
Hal ini biasanya berhubungan dengan software yang perlu diinstal terlebih dahulu kedalam Komputer anda, dan suara atau sumber sinyal didapat dari software yang sudah terinstall. Untuk proses kegiatan recording dengan menggunakan fasilitas MIDI ini, jalur input yang digunakan menggunakan MIDI Input yang biasanya terdapat dibagian belakang Interface. Untuk Audio Interface zaman sekarang, Audio Interface sudah dapat dikoneksi kepada Komputer melalui USB port, sehingga kita tidak perlu membeli MIDI interface tambahan yang disambungkan ke Komputer.