Pelangi Nusantara Dance Community

pelangi nusantara_1

Pelangi Nusantara is a group of Indonesian Dance performers based in Adelaide, South Australia. Founded on 13th April 2014 and aiming to share appreciation of the traditional culture of Indonesia through dancing.

The members are currently Indonesian women who live in Adelaide who come from different backgrounds. The name ‘Pelangi Nusantara’ or ‘Rainbow of the Archipelago’ has been chosen as it represents the group and Indonesia itself: Unity in Diversity.

To be a member of this community is easy and open to the public.

Here’s some of their videos:

Pelangi Nusantara Indopendence Day 2016

The community has objetive to conserve the heritage of Indonesian tradition, hence they are really hoping that the Indonesian government will selected them to become one of an Indonesian Culture Ambassador through dance in Australia.

pelangi nusantara_4

Led by Martina Tobing Punke, they first performance initially begin in 2014 with Indofest program, and the show starts to busy along with Indopendence Day, OzAsia Festival, Society Gala Dinner events, and other local Australian events & festival.

pelangi nusantra_2

During their performance carrer, a progressive situations happened and affecting their internal management, including the inclusion of members. However, activities of this group still running normal.

pelangi nusantara_3

They have to inquiries their costume materials which is hard to find and has to be found directly from Indonesia and it doesn’t stop them to carry on their performances, and keeping its originality, both their costumes and dances, in order to introduce Indonesian Culture in Australia.

For mor details and enquiries, plese send your email to: hasian_82@yahoo.com

“Puteri Mandalika Dance Club”; Kiprah Kelompok Tari Tradisional Indonesia di Florida, Amerika Serikat.

putri mandalika_1
Bersatu bersama dalam memajukan Budaya Nusantara di Florida, Amerika Serikat. (photo credit: Putri Mandalika Facebook)

Perkembangan budaya Indonesia tidak terlepas dari peran individu yang tergabung dalam komunitas budaya yang ada, baik itu dalam dan luar negeri. Terlebih, pelaku kegiatan Budaya Indonesia di luar negeri patut diapresiasi mengingat beratnya tugas dan tanggung jawab yang diemban, serta padatnya jadwal serta aktivitas para anggota komunitas di luar negeri.

Salah satunya adalah Farah Indira Crawford yang merupakan kelahiran Nusa Tenggara Barat dan berprofesi sebagai Guru Tari di Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Pindah pertama kali pada tahun 2007 dan tinggal di St. Louis, Missouri. Di Missouri, Farah tidak terlalu sering menampilkan budaya Nusantara dikarenakan faktor cuaca yang kurang mendukung. Biasanya dalam satu tahun, kegiatan festival yang menampilkan tarian-tarian hanya berlangsung 2 kali saja, maklum karena di Missouri memiliki 4 musim yang datang silih berganti.

Pada tahun 2015, Farah pindah ke Florida, yang kebetulan cuaca serta atmosfir suhunya mirip seperti di Indonesia. Di Florida, kegiatan festival diadakan pada bulan September dan berlangsung hingga bulan Mei.

Sempat bergabung dengan salah satu organisasi Indonesia, ia akhirnya memutuskan untuk membentuk sanggar tari sendiri, dimana ia mempunyai tujuan untuk menuangkan ide serta kreasi secara bebas dan ekspresif, maka dibentuklah kelompok “Putri Mandalika”, nama ini diambil dari nama Putri dari cerita legenda masyarakat Lombok.

18301367_292226587887951_2661634681172866713_n
Kegiatan “Asia Fest” di Hillsborough County, Florida, USA. (Photo: Putri Mandalika Facebook)

Khusus untuk kelompok tarian ini, farah memfokuskan kepada komunitas Indonesia dengan mengutamakan dasar tarian yang benar, dan paham akan asal usul tarian, sehingga esensi dan makna akan tarian akan terasa dan dimengerti oleh audiens. Namun, untuk bergabung dalam kelompok ini, Farah tidak mengutamakan kriteria tertentu; yang penting anggota mau belajar dan serius.

Seiring berjalannya waktu, hingga saat ini kelompok Putri Mandalika mengisi 7 festival yang tersebar diseluruh bagian Florida setiap tahun. Kegiatan atau momen paling diingat adalah ketika Kelompok ini diundang oleh Kementrian Pariwisata Indonesia untuk mengisi acara di ajang “Global International Cruise” di Florida, Amerika Serikat.

28167370_411020179341924_4392523874887392382_n

Hingga saat ini, jumlah anggota berjumlah 20 orang, dimana terdiri dari 13 orang penari serta 7 orang pengurus. Hebatnya, kekompakan kelompok ini terus terjaga karena komunikasi antara pengurus dan anggota selalu terbuka satu sama lain.

Selanjutnya ia berpesan kepada warga Indonesia di belahan dunia lain untuk terus mengembangkan budaya Nusantara, karena kalau bukan kita sebagai warga negara, siapa lagi yang bisa mengembangkan.

Menurut rencana, kelompok ini akan tampil pada acara “Disney Spring” pada tanggal 31 Maret 2018.

Salam Budaya.

Aksi Sophie

Aksi Sophie takes underground to dizzying heights with their different approach; adding elements of grunge, rock, expressional lyrics and minimalist sounds. Formed in Bandung, Indonesia, this trio brings dynamic grunge rhythms and irresistible head banging atmosphere.

Aksi-sophie

Their latest album titled “Lullaby Song” describes a broken mentality and social distorition. Contains 7 songs; ‘Fade away’, ‘ Dewa Dewi Negara’, ‘Detik’, ‘Wandi’, ‘Pray’, ‘Silent Picture’, ‘Etos Kerja, Tradisi, Budaya Dan Ideologi’, all the material mixed and mastered by Aksi Sophie themself.

 

“Fade Away” – Aksi Sophie

“Etos Kerja, Budaya Dan Ideologi” – Aksi Sophie

“Dewa Dewi Negara” – Aksi Sophie

For mailing list and Band information, please check: http://www.AKSISOPHIEBERAKSI.BLOGSPOT.COM

The Silhouettes of Didgeridoo in Adelaide

From Timor Island-Indonesia, he started playing Didgeridoo about 10 years ago after his son introduced it to my family.

The story begins in Australia with the Yidaki. The Yidaki, also known as the didgeridoo, is the traditional instrument of the Yolngu people in Arnhem Land, in Australia’s Northern Territory. It is an important part of their ceremony, story-telling and healing.

He recognize and pay tribute towards the Indigenous Australians who are the traditional owners of the Yidaki and the land where they live.

The Yidaki is joined by a synthesis of elements of percussion from around the world, including Middle Eastern, African, Indian and South American beats. The drone of the Yidaki and the rhythmic drive of the percussion create intense, emotional images expressing happiness, joy and grief.

The rhythms he play tell the stories of journeys across seas and lands, of languages and dance and music and culture. These are the rhythms of percussion from different tribes and people across the world.

He perform and collaborate together with many local artists and groups such as Rhtyhmnesia currently , and performing in a local festival in Adelaide, South Australia.

Please keep updates his performance in our website’s calendar.