Australia, merupakan salah satu negara tetangga Indonesia yang paling dekat, baik dalam hubungan bilateral, perdagangan dan industri, termasuk juga budaya dan pariwisata. Maka dari itu, kedua negara, khususnya Australia, belakangan ini gencar mempromosikan budaya Indonesia di Australia. Selain bertujuan untuk mempererat hubungan yang harmonis antar kedua negara, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkenalkan budaya Indonesia yang masih asing atau jarang terdengar di Australia.
Australia Selatan merupakan salah satu propinsi atau negara bagian di Australia yang umumnya sering mengadakan pagelaran seni, pameran, teater serta kegiatan festival, baik itu artis lokal maupun mancanegara. Adelaide, yang merupakan ibukota dari propinsi Australia Selatan, merupakan salah satu kiblat budaya multikultural di Australia. Maka tidak heran bila propinsi ini mendapat julukan sebagai “The Festival State”.
Salah satu kegiatan festival yang paling menonjol di Adelaide diantranya OzAsia Festival. Kegiatan ini sudah berlangsung hampir lebih dari 10 tahun. Program teater, tari, seni rupa, musik, kuliner serta diskusi tentang kegiatan multikultural banyak ditamplikan dalam event ini. kegiatan OzAsia Festival ini merupakan acara tahunan yang dapat diakses oleh warga Adelaide dan Australia pada umumnya dari berbagai lapisan masyarakat.
Khusus dalam 3 tahun terakhir, OzAsia yang dipimpin oleh Joe Mitchel, secara khusus akan mengedepankan budaya Indonesia. Terlebih, mereka akan lebih memfokuskan kepada budaya Indonesia yang masih asing atau belum banyak dikenal di Australia; tujuannya adalah untuk memperkenalkan khazanah budaya Nusantara lain yang beragam dan unik, sehingga diharapkan dapat memperkaya kegiatan multikulutral di Adelaide, juga menjaga kelestarian budaya Nusantara lain di Indonesia agar terus berkembang lebih baik.
Rhythmnesia & Laras Sunda in OzAsia 2017.
Sejak tahun pertama kegiatan budaya Indonesia di OzAsia, hampir 200 seniman profesional Indonesia telah dilibatkan dalam perhelatan ini. Sebut saja Eko Nugroho, Eko Supriyanto, Melati Suryodarmo, Ega Robot, Mess 56, Papermoon Puppet Theatre, Riau Rhythm, Samba Sunda, Teater Garasi, Topeng Losari, dsb. pernah tampil di OzAsia Festival ini.
OzAsia Festival 2017
Pada OzAsia Festival 2017, panita telah menetapkan beberapa artis dan seniman dari Indonesia yang akan tampil, mereka adalah:
- Jecko Siompo dan Animal Pop Family. Merupakan sebuah kegiatan workshop dan demo tari HipHopl papua kontemporer Animal Pop karya Jecko Siompo. Peserta workshop beragam dari murid dan guru sekolah dasar, mahasiswa serta penari dan koreografer profesional.
- Darlane Litaay, koreografer-penari asal Papua yang berkolaborasi dengan Tian Rotteveel, koreografi-penari asal Berlin. Menampilkan proyek tari eksperimental berjudul Specific Places Need Specific Dances, pentas akan berlangsung di Nexus Arts.
- Filastine & Nova, duo pemusik elektronik dan seniman video asal Barcelona dan Malang yaitu Grey Filastine dan Nova Ruth. Menampilkan pentas multi disiplin antara musik, multi media dan teatrikal bertajuk Drapetomania, program ini akan berlangsung di Nexus Arts.
- Mocca, sebuah kolektif musik indie asal Bandung yang terkenal dengan gaya musik retro, swing, bossa nova dan jazz, lirik lagu berbahasa Inggris, serta aksi panggung yang memikat. Bertempat di panggung utama Lucky Dumpling Market, penampilan Mocca akan disaksikan oleh ribuan pengunjung OzAsia Festival Hub.
- Trah dan Under The Big Bright Yellow Sun, dua band indie yang juga berasal dari Bandung. Bersama beberapa band indie dari Adelaide, mereka akan tampil di dalam Air Bandung. Bertempat di Nexus Arts, program ini yang mengetengahkan spektrum musik post-rock yang berkembang di Bandung dan Adelaide.
Dalam hal ini Bekraf mendukung Jecko Siompo dan Animal Pop Family serta grup musik Mocca, sementara itu Darlane Litaay, Filastine & Nova, Trah dan Under The Big Bright Yellow Sun didukung oleh Kementrian Budaya & Pariwisata.