Tips Memulai Kehidupan di Adelaide, South Australia

Bagi para pelajar, turis atau pendatang yang baru pertamakali berada di luar negeri, biasanya memiliki berbagai macam kendala; dari mulai perubahan cuaca, makanan serta hal yang paling signifikan tentunya adalah perubahan budaya serta pola hidup yang berbeda dengan negara asal.

Khusus bagi para pendatang yang berasal dari Indonesia, yang ingin, atau akan tinggal dalam waktu yang lama di Adelaide, South Australia, ada baiknya bila kita menggali informasi sebanyak mungkin tentang pola kehidupan disana sebelum tiba ditempat tujuan, untuk lebih mengenal situasi dan kondisi kota ini.

Adelaide, merupakan ibu kota dari propinsi South Australia. Salah satu kota dengan multikultur yang beragam dan wilayah South Australia kaya akan sumber daya alam. South Australia dikenal dengan produksi Daging, buah-buahan dan sayuran yang berlimpah.

Di wilayah ini pun kerap dikenal dengan produksi minuman anggur dengan kualitas tinggi. Produksi ‘wine’ (minuman anggur, red) di South Australia merupakan salah satu yang terbesar selain Prancis tentunya. Lahan perkebunan terbentang luas hingga ribuan kilometer; mulai dari strawberry, lychee, plum, apple hingga capsicum dan tomatoes. Tidak heran bila di wilayah ini banyak tersedia lahan pekerjaan di daerah perkebunan dan peternakan.

Tiba di Airport

Adelaide International Airport merupakan salah satu gerbang utama bagi para pendatang dari dalam dan luar negeri ke Australia. Disinilah lalu lintas transportasi udara di wilayah South Australia berpusat. Jadi, bila anda hendak berkunjung ke Australia, anda akan tiba disini sebagai titik pertama kedatangan.

Hal pertamakali ketika tiba Adelaide Airport, anda akan melalui beberapa proses imigrasi yang umum. Sebaiknya persiapkan dokumen serta paspor anda sebelum dipanggil melalui loket imigirasi. Biasanya nama serta data keluarga anda sudah ada dalam database mereka, sehingga tidak banyak pertanyaan yang diajukan ketika itu. Pertanyaan yang diajukan oleh petugas Imigrasi biasanya berkisar seputar tujuan kita dan durasi kita tinggal di Adelaide.

Jangan lupa, bila anda bepergian dari luar negeri, selalu melaporkan barang bawaan anda kepada pihak Imigrasi. South Australia memiliki regulasi khsusus bagi produk daging, sayuran dan buah-buahan, dimana para pendatang tidak bisa membawa daging atau sayuran serta buah-buahan ke wilayah ini, dengan tujuan untuk melindungi produk lokal dari hama atau virus.

Ada beberapa produk makanan yang bisa dibawa ke wilayah ini, seperti biskuit, kue kering, atau keripik. Dan usahakan terdapat informasi bahan makanan pada produk itu.

Anda diwajibkan mengisi formulir kedatangan ketika anda akan tiba di Adelaide, dan biasanya ada beberapa pertanyaan seputar barang yang anda bawa. Bila anda membawa produk yang disebutkan dalam formulir deklarasi, tetapi tidak melaporkannya, maka anda bisa terkena denda minimum AUD 250. Form deklarasi biasanya bisa didapatkan di Airport, atau di pesawat ketika anda akan tiba di tempat tujuan.

Transportasi Umum

Seperti kota lainnya, Adelaide menyediakan berbagai fasilitas umum yang mudah terjangkau bagi masyarakatnya. Anda bisa menggunakan sarana transportasi Taxi menuju tempat tujuan ketika tiba pertama kali di Airport.

Bis umum yang tersedia di kota Adelaide umumnya bisa mencapai seluruh daerah di kota ini. Hanya, tiket bis hanya berlaku 2 jam saja. Harga tiket pun berbeda bagi umum dan pelajar (student). Harga tiket bis bagi umum adalah 4.75 AUD dan 2.50 bagi pelajar dan Manula (Senior).

Bagi pengguna fasilitas kereta dalam kota, fasilitas ini terbagi ke dalam dua kategori; yang menghubungkan area dalam kota (biasa disebut trem), dan yang menghubungkan antar kota (train).

Untuk mempermudah, sebaiknya anda membeli tiket bis dan metro dalam satu kartu, yang biasa disebut “Metrocard”. Jadi, sistem kartu ini hampir mirip dengan kartu isi ulang di Indonesia, sehingga bisa lebih menghemat biaya perjalanan anda.

Untuk info mengenai harga tiket serta rute perjalanan di Adelaide, bisa diikuti dalam link ini: Adelaide Metro Centre

Biaya Sewa Rumah dan Kamar.

Bagi para pendatang yang baru tiba di Adelaide, umumnya mereka bisa menyewa kamar, unit (semacam apartemen kecil), atau bahkan rumah. Besarnya harga yang ditetapkan biasanya bervariasi, tergantung dari lokasi atau fasilitas yang disediakan.

Umumnya harga yang ditetapkan untuk sewa kamar berkisar antara AUD 150 sampai AUD 180 setiap minggu, dan fasilitas yang disediakan termasuk biaya internet, air, listrik serta gas. Sedangkan harga yang ditetapkan untuk sewa Rumah atau Apartement (Unit), berkisar AUD 280 hingga AUD 400 setiap minggu. Namun, biaya sewa rumah ini biasanya belum termasuk biaya listrik, air, dan gas. Jadi, bila anda ingin menyewa rumah, biasanya anda harus memasang sendiri semua sarana pendukungnya.

Biaya air, listrik dan gas biasanya dikenakan setiap 3 bulan, sedangkan biaya internet dan telepon dikenakan setiap bulan.

Mengemudi Kendaraan Pribadi

Ini merupakan salah satu hal yang paling penting dan krusial dalam melakukan segala aktifitas di Adelaide, South Australia. Karena tidak seluruh jaringan transportasi umum di Adelaide bisa menjangkau hampir setiap sudut bagian wilayah, maka memiliki kendaraan pribadi terutama kendaraan roda empat, dirasakan sangat penting.

Namun jangan khawatir, para pelajar internasional dapat mengemudi kendaraan pribadi dengan mengguanakan SIM (Surat Izin Mengemudi) yang dibuat di Indonesia; dengam catatan pengemudi harus menterjemahkan SIM Indonesia kedalam Bahasa Inggris).

Untuk mengetahui lebih detail mengenai proses mengemudi di Australia atau di Luar negeri, anda bisa mengklik link ini https://iroquistore.com/2017/06/16/berkendara-di-negeri-orang/

Fasilitas Umum

Adelaide menyediakan fasilitas umum yang memadai. Dari mulai sarana piknik dan barbeque, tempat bermain anak hingga fasilitas trem gratis dalam kota. Jadi anda tidak perlu khawatir akan fasilitas umum disana, dan anda dapat menikmati fasilitas umum disana sepuasnya.

20180407_181123695933026.jpg
Fasilitas umum yang disediakan pemerintah South Australia tergolong lengkap dan semua umumnya disediakan secara gratis untuk umum.

ASIAN GROCERIES

Bagi para pendatang dari Indonesia, baik turis maupun pelajar yang baru datang mengunjungi Adelaide, tentunya masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar, khususnya beradaptasi dengan jenis makanan yang biasa kita konsumsi. Meskipun kita ingin mencoba makanan lokal sekitar, namun sepertinya kita masih perlu waktu untuk mengkonsumsi makanan lokal sebagai hidangan sehari-hari.

Bagi anda yang ingin mengkonsumsi masakan khas Asia atau Indonesia khsusunya, anda dapat menemui membeli jenis makanan atau bahan masakan khas Asia atau bahkan Indonesia di Adelaide. Berikut beberapa daftar toko atau supermarket di Adelaide yang khusus menjual bahan makanan Asia atau Indonesia:

  1. Toko “Bakulan”. Merupakan toko khusus yang menjual bahan makanan atau masakan Indonesia. Berbagai jenis masakan Indonesia dapat anda temui di toko “Bakulan” setiap hari Sabtu. Alamat: 594 Goodwood Rd, Daw Park SA 5041.
  2. Henley Beach Asian Grocery. Berlokasi di wilayah barat Adelaide, toko ini terbilang lengkap menyediakan bahan makanan Asia. Alamat: 162 Henley Beach Rd, Torrensville SA 5031
  3. Thuan Phat Grocery. Merupakan salah satu toko Asia yang berada di pusat kota Adelaide. Berlokasi di Chinatown Market of Adelaide, toko ini memiliki akses mudah untuk dijangkau. Alamat: 87 Grote St, Adelaide SA 5000

Bekerja Sambil Berlibur di Australia dengan ‘Working Holiday Visa’.

Australia, memiliki berbagai keunikan dan ciri khas tersendiri sebagai salah satu negara maju di dunia. Dengan kualitas pendidikan, infrastruktur serta teknologi yang boleh dibilang maju, negara ini menjadi magnet bagi para pendatang dari berbagi penjuru dunia untuk berkunjung, atau bahkan tinggal dan bekerja disini.

Kondisi ini tentunya sangat dimanfaatkan oleh pemerintah Australia, karena dengan banyaknya wisatawan serta pelajar dari luar negeri yang datang, maka otomatis akan menambah pendapatan daerah serta perekonomian wilayah.

Untuk dapat belajar atau bekerja di Australia, pemerintah Australia sebetulnya memberikan berbagai pilihan atau jalur untuk bisa menetap, bekerja atau belajar disana; salah satunya dengan menggunakan “Working Holiday Visa” (WHV).

WHV umumnya ditujukan bagi para anak muda, pelajar atau lulusan Perguruan Tinggi yang berusia 18 hingga 31 tahun. Biasanya jenis Visa ini berdurasi 2 tahun dengan opsi perpanjangan selama 1-2 tahun. Umumnya para aplikan WHV merupakan para anak muda yang ingin mengetahui tentang kehidupan di Australia, atau bagi individu yang ingin mencari pengalaman untuk hidup di Luar Negeri, serta menambah wawasan Bahasa Inggris, jalur ini sangat cocok dan cenderung mudah.

Setiap tahunnya, pemerintah Australia mengeluarkan izin hampir 30.000 aplikan WHV untuk bisa bekerja disini. Adapun persyaratan untuk bisa mendapatkan izin WHV diantaranya:

1, Berusia 18 hingga 31 tahun.

2. Pemegang Paspor negara yang memiliki hubungan baik dengan Pemerintah Australia.

3. Tidak bisa membawa Family atau keluarga.

4. Berasal dari luar Australia.

5. Memenuhi syarat cek kesehatan medis menurut standar Australia.

6. Memiliki bukti keuangan yang cukup sebagai jaminan untuk tinggal di Australia (Biasanya berkisar antara AUD 5000 atau lebih).

Biasanya para WHV diwajibkan untuk bekerja terlebih dahulu di area yang boleh dibilang terpencil, karena biasanya di area tersebut banyak terdapat lahan pekerjaan, mulai dari berkebun, beternak hingga bekerja di perusahaan kontraktor. Disamping itu, biaya hidup yang boleh dibilang murah menjadi pertimbangan pemerintah untuk mengatasi “Culture Shock’ bagi para pemegang WHV yang tinggal di Australia untuk pertama kalinya.

Untuk perpanjangan visa selanjutnya setelah masa berlaku 2 tahun, aplikan bisa memperpanjang visa dengan syarat bekerja di daerah ‘North Teritory’ selama minimal 88 hari, lalu bisa mengajukan perpanjangan visa untuk 2 tahun.

Untuk informasi lebih lengkap serta pendaftaran lebih lanjut, calon aplikan bisa menghubungi pihak yang berwenang di Australia melalui Imigrasi Australia di link ini. Biaya yang dikenakan untuk proses ini melalui Kantor Imigrasi Australia, biasanya sebesar AUD 440.

Selamat mencoba dan berpetualang.

‘Indonesian Performance Arts of Oregon’ Community, USA.

Indonesian Performimg Arts of Oregon (IPAO) was officially established in 2011. It started out in 2010 when the initiator and one of the founding members of the group moved to Kansas City where she was actively involved in the Balinese gamelan group and dance troupe.

During the first year in Portland, Nobi Leigh, the founder of IPAO noticed, although there was an Indonesian traditional Javanese gamelan ensemble that performed from time to time, there was not much of Indonesians involvement in any cultural events. In her endeavor to promote Indonesian culture, she met a few Indonesian who shared a common interest in performing Indonesian traditional dances.

18010988_1844436369218216_5404647141003457769_n
Photo credit: IPAO Facebook Page.

There are more than 15 dances from Sumatera, Java, Bali and Sulawesi have been performed. Among the big events are World Beat Festival, Beaverton Night Market, Portland Rose Parade, and Indonesian wedding events. IPAO has also collaborated with the live Gamelan Sari Pandhawa of Eugene, Oregon, to perform at several events.

13179433_1598536620474860_5298339112078343973_n
Photo credit: IPAO Facebook Page.

With the motto “promote – share – celebrate “, IPAO has been actively and proudly promoting Indonesian cultures through dance and performing arts throughout Southwest Washington and Oregon, sharing and celebrating teh richness of Indonesian traditions in various events. IPAO hopes for a support from Indonesian Government, or in this case, the Indonesian Consulate General in San Francisco, to make the organization continue sharing and participating in various events.

21077472_1942385746089944_5262969292695245313_n
Photo credit: IPAO Facebook Page.

IPAO can be reached at:
FB account : Indonesian Performing Arts of Oregon

Instagram : ipao_indonesia

Email : ipao.info@gmail.com

Kusuma Indonesia Community Australia

Merupakan sebuah organisasi non-profit yang dibentuk oleh para penggiat budaya dan seni Indonesia yang umumnya tinggal di Goldcoast, Brisbane dan Byron Bay pada umumnya.

Gagasan dibentuknya komunitas ini berawal dari lahirnya sebuah ide akan perlunya mempertahankan dan memperkenalkan Budaya tanah air di Australia khususnya di wilayah bagian Queensland, maka dibentuklah ‘Kusuma Indonesia Community Australia’ (KICA).

Munculnya KICA secara tidak langsung telah menambah munculnya satu lagi Komunitas penggiat budaya tanah air di Australia, sehingga lebih memperkaya khasanah budaya tanah air di Australia khsusnya di wilayah Queensland.

IMG-20180310-WA0011

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan KICA pada umumnya berkisar pada kegiatan kebudayaan Indonesia, seperti tarian nusantara, musik daerah Indonesia serta pagelaran alat musik tradisional Indonesia. Selain itu, mereka pun kerap melakukan pagelaran kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan budaya nusantara atau bahkan berhubungan dengan kegiatan ‘Government to Government’, seperti misalnya: Acara perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Perayaan Hari Kartini, Warung Konsuler hingga bekerjasama dengan Community Garden of Queensland untuk mengadakan event ‘Berkebun Padat Karya’ serta bekerjasama mengadakan kegiatan lain dengan komunitas-komunitas yang sudah ada.

IMG-20180310-WA0001

IMG-20180310-WA0000

Perlu digarisbawahi bahwa organisasi ini merupakan ‘Non for profit Organisation’ – dimana seluruh pengurus & membernya mengerjakan semua kegiatan ini secara suka-rela. Jikalau pun ada dana yang masuk dari kegiatan menari atau workshop – semuanya langsung dialokasikan ke ‘Petty cash’ (Kas Kecil) KICA, yang nantinya disalurkan untuk membantu menjalankan semua kegiatan-kegiatan tersebut.
Selain kegiatan yang mereka adakan tadi, mereka juga sudah menerima beberapa tawaran untuk berpartisipasi di beberapa Festival International mulai awal tahun 2018 sampai Bulan Oktober, diantaranya:

* 21 April – Pelayanan Konsuler dan Perayaan Kartini, Kegiatan Silahturahmi dengan Pejabat Konjen RI yang baru.
* 12 May – Community Garden – Berkebun Padat Karya.
* October – Indonesian Multicultural Festival di Goldcoast.

Dengan padatnya jadwal serta aktivitas, tentunya mereka tidak akan berhenti mempromosikan budaya Indonesia. Dan tentunya ada harapan dari mereka agar pariwisata Indonesian akan terangkat, dan pariwisata kita akan dikenal masyarakat Internasional melalui pertunjukan tarian-tarian dan musik daerah dari Indonesia.

Diharapkan dengan berkumpulnya para penggiat Budaya Nusantara dalam komunitas ini, bisa saling membantu dan saling mendukung berdasarkan keahlian para anggota, untuk kepentingan bersama. Juga, besar harapan bahwa nantinya pelaksanaan kegiatan budaya Nusantara Indonesia di Australia dapat lebih mudah dilakukan serta terkordinasi dengan lebih solid.

Salam Budaya.

Pelangi Nusantara Dance Community

pelangi nusantara_1

Pelangi Nusantara is a group of Indonesian Dance performers based in Adelaide, South Australia. Founded on 13th April 2014 and aiming to share appreciation of the traditional culture of Indonesia through dancing.

The members are currently Indonesian women who live in Adelaide who come from different backgrounds. The name ‘Pelangi Nusantara’ or ‘Rainbow of the Archipelago’ has been chosen as it represents the group and Indonesia itself: Unity in Diversity.

To be a member of this community is easy and open to the public.

Here’s some of their videos:

Pelangi Nusantara Indopendence Day 2016

The community has objetive to conserve the heritage of Indonesian tradition, hence they are really hoping that the Indonesian government will selected them to become one of an Indonesian Culture Ambassador through dance in Australia.

pelangi nusantara_4

Led by Martina Tobing Punke, they first performance initially begin in 2014 with Indofest program, and the show starts to busy along with Indopendence Day, OzAsia Festival, Society Gala Dinner events, and other local Australian events & festival.

pelangi nusantra_2

During their performance carrer, a progressive situations happened and affecting their internal management, including the inclusion of members. However, activities of this group still running normal.

pelangi nusantara_3

They have to inquiries their costume materials which is hard to find and has to be found directly from Indonesia and it doesn’t stop them to carry on their performances, and keeping its originality, both their costumes and dances, in order to introduce Indonesian Culture in Australia.

For mor details and enquiries, plese send your email to: hasian_82@yahoo.com

“Puteri Mandalika Dance Club”; Kiprah Kelompok Tari Tradisional Indonesia di Florida, Amerika Serikat.

putri mandalika_1
Bersatu bersama dalam memajukan Budaya Nusantara di Florida, Amerika Serikat. (photo credit: Putri Mandalika Facebook)

Perkembangan budaya Indonesia tidak terlepas dari peran individu yang tergabung dalam komunitas budaya yang ada, baik itu dalam dan luar negeri. Terlebih, pelaku kegiatan Budaya Indonesia di luar negeri patut diapresiasi mengingat beratnya tugas dan tanggung jawab yang diemban, serta padatnya jadwal serta aktivitas para anggota komunitas di luar negeri.

Salah satunya adalah Farah Indira Crawford yang merupakan kelahiran Nusa Tenggara Barat dan berprofesi sebagai Guru Tari di Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Pindah pertama kali pada tahun 2007 dan tinggal di St. Louis, Missouri. Di Missouri, Farah tidak terlalu sering menampilkan budaya Nusantara dikarenakan faktor cuaca yang kurang mendukung. Biasanya dalam satu tahun, kegiatan festival yang menampilkan tarian-tarian hanya berlangsung 2 kali saja, maklum karena di Missouri memiliki 4 musim yang datang silih berganti.

Pada tahun 2015, Farah pindah ke Florida, yang kebetulan cuaca serta atmosfir suhunya mirip seperti di Indonesia. Di Florida, kegiatan festival diadakan pada bulan September dan berlangsung hingga bulan Mei.

Sempat bergabung dengan salah satu organisasi Indonesia, ia akhirnya memutuskan untuk membentuk sanggar tari sendiri, dimana ia mempunyai tujuan untuk menuangkan ide serta kreasi secara bebas dan ekspresif, maka dibentuklah kelompok “Putri Mandalika”, nama ini diambil dari nama Putri dari cerita legenda masyarakat Lombok.

18301367_292226587887951_2661634681172866713_n
Kegiatan “Asia Fest” di Hillsborough County, Florida, USA. (Photo: Putri Mandalika Facebook)

Khusus untuk kelompok tarian ini, farah memfokuskan kepada komunitas Indonesia dengan mengutamakan dasar tarian yang benar, dan paham akan asal usul tarian, sehingga esensi dan makna akan tarian akan terasa dan dimengerti oleh audiens. Namun, untuk bergabung dalam kelompok ini, Farah tidak mengutamakan kriteria tertentu; yang penting anggota mau belajar dan serius.

Seiring berjalannya waktu, hingga saat ini kelompok Putri Mandalika mengisi 7 festival yang tersebar diseluruh bagian Florida setiap tahun. Kegiatan atau momen paling diingat adalah ketika Kelompok ini diundang oleh Kementrian Pariwisata Indonesia untuk mengisi acara di ajang “Global International Cruise” di Florida, Amerika Serikat.

28167370_411020179341924_4392523874887392382_n

Hingga saat ini, jumlah anggota berjumlah 20 orang, dimana terdiri dari 13 orang penari serta 7 orang pengurus. Hebatnya, kekompakan kelompok ini terus terjaga karena komunikasi antara pengurus dan anggota selalu terbuka satu sama lain.

Selanjutnya ia berpesan kepada warga Indonesia di belahan dunia lain untuk terus mengembangkan budaya Nusantara, karena kalau bukan kita sebagai warga negara, siapa lagi yang bisa mengembangkan.

Menurut rencana, kelompok ini akan tampil pada acara “Disney Spring” pada tanggal 31 Maret 2018.

Salam Budaya.

Aksi Sophie

Aksi Sophie takes underground to dizzying heights with their different approach; adding elements of grunge, rock, expressional lyrics and minimalist sounds. Formed in Bandung, Indonesia, this trio brings dynamic grunge rhythms and irresistible head banging atmosphere.

Aksi-sophie

Their latest album titled “Lullaby Song” describes a broken mentality and social distorition. Contains 7 songs; ‘Fade away’, ‘ Dewa Dewi Negara’, ‘Detik’, ‘Wandi’, ‘Pray’, ‘Silent Picture’, ‘Etos Kerja, Tradisi, Budaya Dan Ideologi’, all the material mixed and mastered by Aksi Sophie themself.

 

“Fade Away” – Aksi Sophie

“Etos Kerja, Budaya Dan Ideologi” – Aksi Sophie

“Dewa Dewi Negara” – Aksi Sophie

For mailing list and Band information, please check: http://www.AKSISOPHIEBERAKSI.BLOGSPOT.COM

The Silhouettes of Didgeridoo in Adelaide

From Timor Island-Indonesia, he started playing Didgeridoo about 10 years ago after his son introduced it to my family.

The story begins in Australia with the Yidaki. The Yidaki, also known as the didgeridoo, is the traditional instrument of the Yolngu people in Arnhem Land, in Australia’s Northern Territory. It is an important part of their ceremony, story-telling and healing.

He recognize and pay tribute towards the Indigenous Australians who are the traditional owners of the Yidaki and the land where they live.

The Yidaki is joined by a synthesis of elements of percussion from around the world, including Middle Eastern, African, Indian and South American beats. The drone of the Yidaki and the rhythmic drive of the percussion create intense, emotional images expressing happiness, joy and grief.

The rhythms he play tell the stories of journeys across seas and lands, of languages and dance and music and culture. These are the rhythms of percussion from different tribes and people across the world.

He perform and collaborate together with many local artists and groups such as Rhtyhmnesia currently , and performing in a local festival in Adelaide, South Australia.

Please keep updates his performance in our website’s calendar.

Kiprah Seniman Indonesia di “OzAsia” Festival

20170927_182024

Australia, merupakan salah satu negara tetangga Indonesia yang paling dekat, baik dalam hubungan bilateral, perdagangan dan industri, termasuk juga budaya dan pariwisata. Maka dari itu, kedua negara, khususnya Australia, belakangan ini gencar mempromosikan budaya Indonesia di Australia. Selain bertujuan untuk mempererat hubungan yang harmonis antar kedua negara, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkenalkan budaya Indonesia yang masih asing atau jarang terdengar di Australia.

Australia Selatan merupakan salah satu propinsi atau negara bagian di Australia yang umumnya sering mengadakan pagelaran seni, pameran, teater serta kegiatan festival, baik itu artis lokal maupun mancanegara. Adelaide, yang merupakan ibukota dari propinsi Australia Selatan, merupakan salah satu kiblat budaya multikultural di Australia. Maka tidak heran bila propinsi ini mendapat julukan sebagai “The Festival State”.

Salah satu kegiatan festival yang paling menonjol di Adelaide diantranya OzAsia Festival. Kegiatan ini sudah berlangsung hampir lebih dari 10 tahun. Program teater, tari, seni rupa, musik, kuliner serta diskusi tentang kegiatan multikultural banyak ditamplikan dalam event ini. kegiatan OzAsia Festival ini merupakan acara tahunan yang dapat diakses oleh warga Adelaide dan Australia pada umumnya dari berbagai lapisan masyarakat.

Khusus dalam 3 tahun terakhir, OzAsia yang dipimpin oleh Joe Mitchel, secara khusus akan mengedepankan budaya Indonesia. Terlebih, mereka akan lebih memfokuskan kepada budaya Indonesia yang masih asing atau belum banyak dikenal di Australia; tujuannya adalah untuk memperkenalkan khazanah budaya Nusantara lain yang beragam dan unik, sehingga diharapkan dapat memperkaya kegiatan multikulutral di Adelaide, juga menjaga kelestarian budaya Nusantara lain di Indonesia agar terus berkembang lebih baik.

Rhythmnesia & Laras Sunda in OzAsia 2017.

Sejak tahun pertama kegiatan budaya Indonesia di OzAsia, hampir 200 seniman profesional Indonesia telah dilibatkan dalam perhelatan ini. Sebut saja Eko Nugroho, Eko Supriyanto, Melati Suryodarmo, Ega Robot, Mess 56, Papermoon Puppet Theatre, Riau Rhythm, Samba Sunda, Teater Garasi, Topeng Losari, dsb. pernah tampil di OzAsia Festival ini.

OzAsia Festival 2017

Pada OzAsia Festival 2017, panita telah menetapkan beberapa artis dan seniman dari Indonesia yang akan tampil, mereka adalah:

  • Jecko Siompo dan Animal Pop Family. Merupakan sebuah kegiatan workshop dan demo tari HipHopl papua kontemporer Animal Pop karya Jecko Siompo. Peserta workshop beragam dari murid dan guru sekolah dasar, mahasiswa serta penari dan koreografer profesional.
  • Darlane Litaay, koreografer-penari asal Papua yang berkolaborasi dengan Tian Rotteveel, koreografi-penari asal Berlin. Menampilkan proyek tari eksperimental berjudul Specific Places Need Specific Dances, pentas akan berlangsung di Nexus Arts.
  • Filastine & Nova, duo pemusik elektronik dan seniman video asal Barcelona dan Malang yaitu Grey Filastine dan Nova Ruth. Menampilkan pentas multi disiplin antara musik, multi media dan teatrikal bertajuk Drapetomania, program ini akan berlangsung di Nexus Arts.
  • Mocca, sebuah kolektif musik indie asal Bandung yang terkenal dengan gaya musik retro, swing, bossa nova dan jazz, lirik lagu berbahasa Inggris, serta aksi panggung yang memikat. Bertempat di panggung utama Lucky Dumpling Market, penampilan Mocca akan disaksikan oleh ribuan pengunjung OzAsia Festival Hub.
  • Trah dan Under The Big Bright Yellow Sun, dua band indie yang juga berasal dari Bandung. Bersama beberapa band indie dari Adelaide, mereka akan tampil di dalam Air Bandung. Bertempat di Nexus Arts, program ini yang mengetengahkan spektrum musik post-rock yang berkembang di Bandung dan Adelaide.

Dalam hal ini Bekraf mendukung Jecko Siompo dan Animal Pop Family serta grup musik Mocca, sementara itu Darlane Litaay, Filastine & Nova, Trah dan Under The Big Bright Yellow Sun didukung oleh Kementrian Budaya & Pariwisata.