Angkernya Rumahku di Bandung Utara.

Sedikit berbagi, saya ingin menceritakan pengalaman saya bertemu ‘hantu’ atau ‘kuntilanak’ ketika saya tinggal dirumah saya yang berada di kawasan Bandung Utara, Jawa Barat. Bukan menakut-nakuti atau sompral, tapi ini merupakan kisah nyata yang saya alami. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kejadian ini.

image

Bukan cerita bohong, karena saya dan pegawai rumah saya yang mengalaminya langsung. Sayapun tidak akan percaya kalau makhluk itu ada, bila tidak melihatnya langsung.

Berawal dari kepindahan saya dari rumah saya di kawasan Buah batu, Bandung. Orang tua saya memutuskan untuk membeli sebidang tanah yang terhitung luas di kawasan Bandung Utara. Sebagai informasi,  kawasan tempat saya tinggal berada didaerah perbukitan yang sepi, sehingga kami bisa melihat kota bamdung dari sana. Sungguh pemandangan yang fantastis.

Awalnya, Semua tampak biasa saja, sampai Terus terang, ketika pertama berkunjung ke lokasi, saya melihat bahwa tanah itu masih ditumbuhi oleh pohon bambu yang banyak jumlahnya, sehingga kami sekeluarga biasa menyebut tempat itu dengan sebutan ‘Kebon Awi’ dalam bahasa sunda, atau kebun bambu dalam bahasa Indonesia.

Pembangunan dilakukan kurang lebih selama 1.4 tahun. Dan waktu itu, orang tua berencana untuk menjalankan usaha restoran sekaligus rumah tinggal dalam satu lokasi.

Setelah usai pembangunan, kami pindah ke rumah baru kami di kawasan tersebut. Dan kebetulan tempat usaha kami lokasinya bersebelahan dengan tempat tinggal, sehingga kami bisa membantu usaha orang tua setelah selesai kuliah.

Hingga pada suatu malam, waktu itu ada salah seorang sahabat saya yang datang dari jaiuh, ungin menginap di kediaman kami. Kami pun menyediakan kamar baginya di depan dekat teras depan rumah. Kebetulan jendela kamar tamu menghadap langsung ke teras rumah depan kami. Pada hari ke-2, sahabat saya memutuskan untuk menginap ditempat temannya yang lain, dengan alasan tempat kami terlalu jauh untuk urusan bisnisnya.

Tidak ada kecurigaan sedikitpun di benak saya, kenapa dia memutuskan untuk pindah secara tiba-tiba. Karena awalnya dia berencana untuk menginap ditempat kami selama 5 hari. Tapi ya sudahlah, mungkin pikirannya berubah tiba-tiba karena suatu hal.

Karena bosan, saya memutuskan untuk pindah kamar agar saya lebih refresh’ untuk belajar. Saya memilih kamar tamu depan sebagai kamar saya yamg baru. Bukan apa-apa, saya suka kamar itu karena jendelanya bisa dibuka, dan pemandangamnya menghadap langsung ke bukit.

Seminggu setelah pindah kamar, semua berjalan normal. Bermain musik, merekam lagu, hingga proses skripsi pun saya lakukan dikamar ini

image

Hingga pada suatu malam, saya terbangun tengah malam sekitar jam 2 pagi karena ingin ke toilet, dan kebetulan toilet berada di ruang tengah, dan satu lagi berada di halaman belakang. Halama belakang rumah kami dibatasi oleh benteng batako kokoh, dan berbatasan langsung dengan hutan Bambu. Konsep rumah kami memang ‘open air’, dimana dapur dan ruang makan berada di halaman belakang dan berada di bagian luar

Setelah selesai ke toilet, saya memutuskan untuk ke dapur karena sedikit lapar. Saya membuka lemari penyimpanan makanan, berharap menemukan sisa makanan setelah makan malam kami semalam.

Setelah menemukan sedikit sisa gepuk dan sambal, saya makan di meja makan yang terletak di belakang. Ketika sedang menyantap makanan, sedikit saya mendengar suara wanita yang sedang menangis dibelakang tembok. Saya pikir itu halusinasi, karena tidak mungkin ada wanita menangis pada jam segitu. Lumayan saya biarkan, suara itu tetap ada, kadang twrputus, kadang menyambung lama. ‘Huuuuuuuu…huuuuuu..huuuuuu..’ begitulah kira-kira suaranya. Karena sedikit kesal, saya memberanikan diri untuk memberi sinyal ‘Ehemmm’ yang lumayan keras untuk memberi tanda agar wanita itu berhenti menangis.

Setelah ‘berdehem’, suara tangisan tidak terdengar lagi, setelah berjalan 10 menit, kembali tangisan terdengar. Saya pun segera berkata ‘Sssstttt’ sedikit keras agar ia berhenti menangis. Suara tangisan pun hilang.

Sebagai informasi, dibalik tembok belakang rumah kami terdapat sebuah pohon nangka yang tinggi, hingga ujungnya bisa saya lihat dari ruang makan belakang.

Saya kembali ke dalam kamar dan bermiat untuk tidur. Tapi, setelah tertidur sebentar, saya kembali terbangun, karena saya lupa menutup jendela sehingga angin dingin terasa masuk. Ketika membuka hordeng jendela, saya kaget bukan main, karena persis di teras rumah saya nampak sesosok wanita berpakaian putih, berambut panjang sedikit bergelombang, sedang duduk dipinggiran teras, membelakangi saya, sambil menyisir rambutnya yang panjang dengan tangannya!

Tanpa pikir panjang, saya tutup kembali hordeng jendela saya, dan saya tidak menutup jendela kamar, karena Saya tahu apa yang saya lihat, dan saya yakin itu bukanlah salah seorang pegawai rumah saya, karena pegawai rumah wanita keluarga kami satu-satunya yag bernama ‘iroh, adalah’ seorang wanita muda yang berambut lurus, berukuran sedang dan selalu diikat rambutnya!

Membaca ayat suci sebisa mungkin, saya segera bergegas keluar dan pindah ke kamar adik laki-laki saya yang berada diseberang kamar. Hingga pagi harinya, saya sulit untuk tidur bahkan menutup mata sedikitpun karena shock. Sebelum ini, saya memang suka sompral dan takabbur akan hal-hal yang berbau ghaib. Mungkin Tuhan menegur saya ketika itu, dan saya pun tidak pernah berkata sompral sejak saat itu.

Sekian lama, mereka (keluarga) tidak tahu kejadian malam itu, dan saya tidk bercerita banyak tentang kejadian itu. Dikhawatirkan adik perempuan saya akan ketakutan dan ‘parno’.

Hingga akhirnya, sahabat saya yang dulu menginap di kamar itu menceritakan kejadian yang persis saya alami, ketika itu kami kembali bertemu dalam sebuah pesta pernikahan teman kami. Ternyata kejadian yang ia alami dikamar itu sama dengan yang saya alami, namun ia mengalami hal lebih parah, karena ia melihat wajah sosok itu langsung.

Awalnya, ia menayakan kepada saya, apakah saya punya pegawai wanita, saya jawab ‘iya’. Lalu saya tanya kenapa, ia bilang bahwa ia melihat wanita sedang menyisir rambut tengah malam di teras rumah, namun wajahnya mengerikan ketika ia panggil. Saya tidak menanyakan secara detail seperti apakah wajahnya, karena itu tidak penting bagi saya. Toh, mau cantik atau jelek, tetap dia itu makhluk ghaib.

Saya pura-pura tidak tahu dan pura-pura terkejut mendengar ceritanya, dan saya sedikit bercanda agar suasana sedkit mencair, tapi raut wajahnya tetap serius. Saya tahu dia tidak main-main, dan saya tidak mengakuinya akan kejadian yang saya alami malam itu. Bukan apa-apa, saya tidak ingin teman-teman saya yang lain nanti ketakutan untuk bermalam dirumah kami. Karena rumor cepat menyebar disini.

Saya berpikir ulang akan kejadian yang saya alami, MUNGKIN ‘sang kunti’ sedang bertengger atau bergelantungan di pohon nangka itu ketika ia menangis, dan ia marah ketika saya tegur. Untung saja saya tidak menatap ke arah phon nangka ketika itu.

Dan saya sekarang mengerti kenapa ia waktu itu memutuskan untuk pindah tempat menginap secara tiba-tiba.

Masih banyak kejadian ganjil yang saya alami di rumah itu, Dari mulai CD player’ di kamar adikku yang tiba-tiba sering menyala sendiri. Ya, sering! Hampir 3 kali sehari, dan setiap menyala sendiri, volume nya bisa langsung keras. Anehnya, setiap CD player berputar, langsung menuju ke lagu ‘Arjuna Mencari Cinta’-nya Dewa 19, dimana track lagu itu berada di urutan ke-3 dalam CD. Jadi analisis saya, kalau memang itu adalah kesalahan sesuatu dalam hal teknis, harusnya terjadi melewati urutan lagu berdasarkan noner track, mulai dari track ke-1 normalnya. Saya memang penggemar Dewa19, makanya CD grup tersebut sering saya simpan didalam player, agar mudah memutarnya setiap saat.

Untuk fenomena ini, adik saya langsung yang menjadi saksinya, karena kami sedang berada dirumah ketika kejadian tersebut terjadi.
Uniknya, kami berdua malah tertawa dan berujar ‘mungkin hantunya suka band Dewa19, atau dia adalah seseorang kesepian yang sedang mencari kekasihnya”. Tapi adik laki-laki saya ini memang sedikit pemberani, karena mungkin fokusnya lebih mengarah kepada hal lain seperti musik. Jadi hal itu tidak terlalu ia hiraukan.

Kawasan tempat kami tinggal memang sedikit bernuansa mistis aura-nya. Menurut sesepuh kampung  disana, sekaligus pemilik tanah rumah kami yang lama, Pak Ma’ing mengatakan bahwa di rumah kami itu terdapat sumber mata air yang tidak akan pernah habis. Disnyalir,bahwa sosok yang saya lihat waktu itu adalah penunggu mata air itu. Dan, menurutnya daerah ini dulunya memang merupakan tempat favorit Prabu Siliwangi, yang konon sering menampakan sosoknya dalam wujud Harimau Putih.

Namun demikian, apapun yang terjadi, yakinlah bahwa makhluk ghaib memang benar adanya, dan jangan pernah sompral atau menantang ghaib, bisa repot kita dibuatnya.

Maha Besar Tuhan Dengan Segala Firman Nya

“Steak Batu” a la Adelaide, South Australia.

Mendapat undangan makan malam adalah salah satu moment favorit dalam hidup saya. Bagaimana tidak, berbagai tempat makan dan masakan dari seluruh penjuru bumi kerap saya cicipi. Tidak heran, bila kadang berat badan saya kadang naik tanpa alasan.

Kali ini, saya mendapat telepon dari teman saya, dan ia mengajak kami untuk diner bersama. Karena kami kebetulan memiliki hobi yang sama: Wisata Kuliner.

image
Melihat posisi dan review restoran tempat kami bertemu nanti, saya sempat mendengar kabar bahwa restoran tersebut merupakan satu-satunya restoran yang menyediakan hidangan unik; Steak yang dimasak diatas batu.

Berlokasi disekitar distrik kota Adelaide, saya beserta istri bergegas mendatangi restoran itu. Siasananya khas eropa, dihiasi dengan tembok yang tidak diplester, sehingga tampak hiasan bata sebagai ornamen utamanya.

Setelah para undangan lengkap, kami pun segera melihat daftar menu, dan benar saja, hidangan utama mereka adalah Steak Batu.

Ada sedikit rasa keingintahuan saya, bagaimana bisa orang eropa memasak steak dengan cara seperti ini, sementara dari beberapa masakan yang pernah saya coba selama berkelana, hidangan seperti ini biasanya populer dikalangan penduduk Timur Tengah. Tapi sudahlah, yang penting saatnya saya mencoba cita rasa yang siap mereka sajikan.

Harga untuk satu menu bervariasi, namun kisaran harga biasanya mencapai 30 AUD hingga 40 AUD per porsinya. Agak sedikit mahal, tapi memang menu yang ditawarkan dihitung berdasarkan berat daging. Beratnya rata berukuran 250 gram hingga 500 gram.

Jadi masuk akal perhitungannya, mengingat harga daging sapi premium disini lumayan mahal.

Dari beberapa menu, saya tertarik dengan menu speciality mereka, Rump Steak 500 gram. Wow, saya pikir apakah saya sanggup menghabiskan setengah kilo daging mentah, tapi ya sudahlah, saya bisa share bersama istri saya bila tidak sanggup saya habiskan nanti.

Variasi daging yang ditawarkan terdiri dari daging Kambing, domba dan sapi. Tidak tersedia daging Babi dalam menu disana, karena daging babi perlu dimasak betul hingga matang, guna membunuh bakteri yang terkandung didalamnya. Dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka kami tidak menyediakan menu daging Babi. Begitu kata manajer restaurant itu menuturkan kepada kami.

Setelah memesan, hidangan pun segera tiba. Tampak seonggok daging segar dihiasi sedikit sayuran, nampak menggirukan. Disamping daging terletak sebuah batu pipih berwarna hitam. Setelah meletakan hidangan, pelayam sedikit memeberikan informasi kepada kami bahwa batu sangat panas, dan jangan disentuh oleh tangan.

image

Cara memakannya saya gunakan metode tersendiri, saya potong terlebih dahulu bagian terbesar daging kedalam bagian lumayan sedang, dan saya simpan potongannya diatas batu.

Saya menyukai jenis masakan steak yang medium’; dimana memasaknya cukup sebentar, dan tidak perlu terlalu matang. Karena bagi saya, cara memasak seperti ini menghasilkan cita rasa daging yang lembut, sedikit terasa manis dan segar.

Tidak lupa, untuk setiap hidangan bisa kita pilih saus pendampingnya. Ada BBQ sauce, Mushroom sauce dan Plain Gravy.

Luar biasa, ketika saya coba masakan ini, dagingnya terasa lembut, seperti meleleh kedalam lidah anda. Irisan demi irisan daging pun saya celupkan ke dalam saus mushroom pilihan saya. Tidak terasa, hingga potongan terakhir, semua potongan daging telah saya habiskan. Malah dirasa kurang, saya pun harus menghabiskan porsi pesanan istri saya, karena istri saya bukan penggemar makan daging seperti saya. Apalagi besar daging yang dipesan minimum berstnya 250 gram, cukup hesar bagi ukuran wanita.

Jadi, masak daging diatas batu panas bukan hanya kebiasaan memasak para masyarakat Timur tengah. Terbukti, di restoran ini, rata-rata pengunjung adalah para orang lokal, hanya cita rasa yang ditawarkan berbeda dengan cita rasa Timur Tengah tentunya.

Berani coba? ayo kita cicipi bersama.

“Grilled Oyster”, Uniknya Cita Rasa Tiram khas Yunani.

image

“Oyster” (dalam bahasa Inggris), atau biasa disebut ‘Tiram laut’ dalam bahasa Indonesia, sering digunakan sebagai menu pembuka, atau pendamping minum bir, khususnya bagi para penggemar hidangan Seafood, Oyster sudah merupakan menu wajib.

Banyak cara memasak untuk menikmati hidangan yang satu ini. Dari mulai dimakan secara mentah, atau dibakar, bahkan barbeque.

Dengan memakan Oyster secara mentah, dipercaya dapat meningkatkan vitalitas pria (katanya, hehe). Bagi beberapa orang yamg menyukainya, cara menyantapnya pun cukup mudah, hanya dicampur dengan lemon, atau jeruk nipis…dan ‘sluuurrrpp!!’..oyster siap dimakan.

Ada salah satu resep unik dari Oyster ini, dan dari beberapa resep yang saya pernah rasakan, sejauh ini, resep inilah yang paling cocok di lidah saya.

Entah menyebutnya resep ala apa, atau berasal dari daerah mana, tidaklah penting bagi saya. Namun demikian, memasak Oyster ini tidaklah sulit. Cukup menuangkan beberapa bumbu khas yang mudah didapat disini, maka jadilah sudah menu ini untuk disantap.

image

Saya biasa menyebutnya resep ala ‘Greek’ atau Yunani. Hehehe..bukan apa-apa, karena biasanya yang menjual seafood dikawasan Adelaide ini rata-rata adalah orang Yunani, dan biasanya resep dan cara memasaknya pun didapat dari orang Yunani, yang resepnya diturunkan secara turun temurun.

Cara memasaknya:

Tuangkan sedikit spaghetti Sauce, keju Mozarella. Dan masukkan kedalam oven selama 30 menit.

Satu resep lagi, tuangkan sedikit Garlic, Basil, Butter (mentega), garam. Masukkan kedalam oven, dan.. rasakan rasanya!

Tampilan makanan setelah matang? Like heaven..rasanya? Yahuuud!!! Namun, perlu diingat bagi anda yang kurang senang dengan jenis makanan ini karena teksturnya yang memang agak berlendir, harus sedkit waspada dalam menyantapnya.

Sedikit tips, bagi anda penggemar wine atau anggur, ketika mengkonsumsi makanan ini, bisa dicoba dengan ditemani oleh anggur Putih khas South Australia, atau ditemani Bir dingin dan sedikit tambahan lemon dalam bir.

image

Selamat mencoba, sobat!

Semaraknya “Beer Festival” di Portland, Oregon, Amerika Serikat.

Banyak kawasan menarik di Amerika Serikat yang bisa anda kunjungi. Tidak hanya tempat terkenal seperti Disneyland, Hollywood di California, atau Manhattan di New York. Ada beberapa kota yang bisa dianggap biasa-biasa saja, namun sebenarnya memiliki banyak event atau kegiatan menarik didalamnya.

Sebut saja kota Portland, misalnya. Terletak di negara bagian Oregon dan merupakan ibu kota ‘state’ tersebut. Kota ini tergolong unik, dimana kota ini merupakan sarana percontohan bagi sistem transportasi di seluruh Amerika Serikat, tetapi kota ini sepertinya kurang banyak dikenal diantara kota lainnya di Amerika.

Beruntung saya sempat tinggal lama di kota ini, sehingga saya bisa tahu tentang seluk beluk  dan hingar bingar kegiatan masyarakat disini. Dari mulai komunitas musik, sosial, budaya hingga keagamaan, semuanya memiliki keunikan dan agenda tersendiri didalamnya.

DSC00444
Salah satu sudut kota Portland, Oregon, Amerika Serikat. (Foto: pribadi/ iroquistore.com)

Event yang paling ditunggu di kota Portland salah satunya adalah event “Beer Festival”. Event ini biasa bertajuk “:Oregon Brewers Festival”. Kegiatan ini melibatkan hampir seluruh produsen bir yang ada di seluruh negara bagian Oregon.  Total perusahaan yang terlibat bisa  menyediakan hampir 100.000 liter bir per hari nya untuk dibagikan secara gratis kepada para pengunjung. Dan event ini melibatkan paling tidak 80 perusahaan bir lokal.

 

Berikut video promo kegiatan festival:

https://player.vimeo.com/video/149837229“>Oregon Beer Festival

DSC00460
Pertunjukan Musik selalu digelar dalam perhelatan festival ini. (Foto:Koleksi Pribadi)

Kegiatan ini dilangsungkan biasanya pada bulan Juli, dimana musim semi sedang hangat-hangatnya disana.Berlangsung selama 1 minggu, para pengunjung bisa masuk secara gratis. Maka tidak heran bila pengunjung festival ini bisa membludak jumlahnya, mengingat suguhan yang ditampilkan dalam event ini bukan hanya minuman bir saja, tetapi juga beragam jenis makanan lokal, pertunjukan seni dan Musik!

Sebelum acara dimulai, pada hari pertama biasanya diadakan pawai ke seluruh pusat kota, yang biasanya melibatkan perwakilan dari setiap pihak yang terlibat, dan para pengunjung tentunya. Rute pawai ini akan berakhir di tempat event berlangsung, dan diresmikan oleh walikota atau perwakilan pemerintah lokal.

DSC00453
Proses pemeriksaan di pintu masuk.

Memasuki pintu gerbang utama, para pengunjung diberi selebaran tentang informasi kegiatan, serta diberi gelang karet berwarna menarik yang digunakan sebagai tanda pengenal. Tidak lupa, sebelum masuk, para pengunjung wajib menunjukan identitas mereka guna kepentingan keamanan serta memastikan setiap pengunjung adalah para individu yang berusia diatas 18 tahun keatas.

Begitu melewati gerbang utama, saya sempat dibuat bingung karena luasnya wilayah yang harus saya ‘explore’. Tidak berpikir panjang, akhirnya saya memutuskan untuk menjelajahi wilayah pameran searah jarum jam agar mempermudah proses eksplorasi.

 

Dari depan, tampak 2 panggung besar berdiri. Tampaknya setiap panggung akan diisi oleh kegiatan yang berbeda-beda, mulai dari pagelaran seni, musik serta demo memasak serta acara hiburan lainnya. Masakan yang disajikan pun beragam, mulai dari masakan eropa dan timur tengah hadir menyemarakan hangatnya musim semi di acara tersebut.

DSC00493

Sambil berkeliling dan ditemani oleh musik yang digelar di panggung utama, saya sempat melewati display mesin pengolahan bir; yang notabene berbahan utama gandum. Secara singkat dan melalui proses lumayan rumit (meskipun mereka berusaha mempermudahnya), akhirnya saya sedikit mengerti bagaimana bir dengan kualitas terbaik bisa dihasilkan. Meskipun saya bukan penggemar berat minuman jenis ini, tapi saya bisa membayangkan bagaimana dan seperti apa kualitas bir yang bisa dibilang baik.

DSC00492Tidak jauh dari situ, tampak stand-stand produsen bir lokal berdiri dan menjajakan produk mereka bagi para pengunjung. Jumlah stand yang hadir terbilang banyak, maka saya tidak yakin apakah pengunjung bisa mencicipi semua produk yang mereka jajakan. Dan diujung tempat stand berdiri, tampak sebuah tenda besar, sangat besar kalau boleh dibilang. Didalamnya terdapat 3 meja panjang berjejer satu sama lain, dilengkapi oleh bangku panjang sebagai pasangannya. Tempat ini khusus disediakan bagi seluruh pengunjung yang ingin mencicipi tradisi festival bir di Portland ini.

DSC00484Uniknya, pada jam tertentu, pihak panitia melalui seseorang yang ditunjuk sebagai host, akan memimpin sebuah sesi minum bir secara serentak, setelah bel atau lonceng berbunyi. Sebelum minum, mereka berteriak “hoooraaaaay” secara serempak sebanyak 3 kali. Tradisi ini ternyata sudah ada sejak awal  event ini diadakan.

DSC00475Musisi yang ditampilkan pun terbilang istimewa. Kebetulan, pada hari itu jenis musik yang ditampilkan adalah jenis musik pop kontemporer, dan satu group musik khusus yang membawakan lagu-lagu Stevie Wonder. Luar biasa, groove dan irama yang mereka bawakan sangat enerjik. Ditambah kapasitas sound system yang yahud, membuat para pengunjug bergoyang mengikuti irama hingga akhir acara. Sepertinya pihak pemerintah lokal tidak main-main dalam menyelenggarakan event yang berlangsung setiap tahun ini.

Bagi anda yang berminat untuk mengunjungi festival ini, diharapkan mengosongkan perut dan diharapkan jangan terlalu banyak mencicipi produk yang disediakan, karena dikhawatirkan anda tidak akan tahu jalan kemana anda pulang.

Salam Travelers!

 

 

Menikmati Keindahan ‘Murray River’ di Kota Mannum, South Australia.

image
Kawanan burung Pelikan di sepanjang Murray River, South Australia.

South Australia terkenal akan suasana dan keindahan alamnya. Terhampar jutaan hektar lahan pegunungan nan subur yang dipenuhi oleh ladang-ladang dan perkebunan. Kali ini saya berkesempatan untuk mengunjungi Mannum, Sebuah kota kecil di daerah perbukitan kawasan South Australia.

Terletak di daerah yamg dilewati ‘Murray River’; merupakan sungai terpanjang yang ada di South Australia, tempat ini kerap menjadi kawasan utama bagi penggemar hobi ‘outdoor’.

Memancing, jetski, ‘barbeque party- atau bahkan camping dan ber-karavan ria bisa dilakukan ditempat ini. “Murray River” merupakan salah satu sungai terpanjang yang ada di Australia, Sungai ini membentang hingga ke Victoria, maka tidak heran bila sungai ini menjadi sumber hidup paling utama bagi para penduduk lokal disekitarnya.

Melewati hampir 7 kota kecil, berjarak 82 KM dari Adelaide serta menempuh perjalanan sekitar 2 jam untuk menuju kesana, saya disuguhi sebuah pemandangan sejuk dan mempesona sepanjang perjalanan.

Dari mulai melewati kota-kota dan desa kecil, kami sempat melewati kota kecil dimana banyak terdapat batu-batu alam disekitarnya, bernama “Bear Rock” Palmer Town. Nama ‘Bear Rock’ sendiri diambil dari sebuah batu besar yang berbentuk seekor beruang. Dan hampir tiba di Mannum, saya melihat sepanjang perjalanan sebuah pipa air yang sangat besar terbentang. Ladang gandum yang kami lewati sungguh fantastis luasnya, hampir saya tidak percaya bahwa ada ladang gandum seluas ini kalau tidak melihat langsung.

Sebuah tanda bertuliskan “Welcome to Mannum” terlihat ketika kami melewati jalan besar lurus nan sepi layaknya padang pasir hampir sepanjang 5 KM. Mannum tergolong kota kecil, tapi lumayan modern gaya hidupnya. Terbukti dengan adanya beberapa toko swalayan besar disana. Disana pun terdapat sebuah pabrik besar yang mirip tempat penyimpanan barang. Kalau boleh dibilang, tempat itu mirip sebuah pabrik pengolahan besi dan alat furniture. Melewati daerah perumahan, saya akhirnya tiba di daerah utama kota kecil itu, yang kebetulan merupakan kawasan wisata.

Ditempat ini dipenuhi oleh pertokoan lokal sepanjang jalannya. Dari mulai toko souvenir, coffe shop, toko peralatan hobi outdoor, hingga usaha penyewaan perahu dan villa.

Kota ini terbilang kecil namun boleh dikatakan ramai oleh pengunjung, dengan populasi sekitar 2100 jiwa, kota ini boleh dibilang lumayan, mengingat kota kecil biasanya ‘hanya’ berpenduduk sekitar 800 hingga 1000 jiwa. Mungkin karena kawasan ini ramai dikunjungi oleh masyarakat yang memiliki hobi outdoor, ditambah keunikan wisata air yang jarang dimiliki oleh tempat lain, maka tempat ini menjadi salah satu tujuan utama bagi wisatawan lokal.

Saya pun segera memarkirkan mobil disekitar pinggiran sungai “Murray River”. Tidak jauh dari tempat parkir, saya bisa melihat dengan jelas panorama alam sungai Murray River yang terkenal. Dipinggirannya, pemerintah lokal memanjakan para wisatawan lokal dengan taman rekreasi serta sarana alat barbeque gratis. Gratis? ya, kamu bisa menggunakan kompor atau alat panggang yang disediakan secara gratis, dan tentunya kamu harus membersihkan setiap sarana pemerintah yang kami gunakan.

Kawasan ini dipenuhi oleh populasi burung-burung yang biasa hidup didaerah sungai air tawar. Saya kurang paham betul akan jenis populasi burung, namun yang paling mudah dikenali adalah burung Pelikan. Geli memang, bila melihat paruhnya yang panjang dan lancip, berbadan lumayan besar, paruhnya nampak tajam sekali mampu melukai jari tangan anda. Sebaiknya anda perlu berhati-hati bila makan di area ini, karena terlihat banyak beberapa burung Pelikan berkeliaran didekat anda, dan tidak jarang mereka akan menghampiri anda untuk sekedar mencicipi masakan yang anda bawa.

image

Sebagai objek utama wisata kota ini, terdapat sebuah kapal perahu yang bertenaga uap, bertingkat 3 dan berukuran besar. Bagi anda yang tumbuh di era 80’an, Kapal ini mirip dengan kapal perahu antik dalam film “Little Missy” yang disiarkan oleh stasiun TVRI ketika itu. Kapal ini terdiri dari beberapa kabin dan kamar, serta terdapat sebuah ruangan utama yang berukuran besar, biasa digunakan untuk tempat makan malam. Kapal ini berkeliling sepanjang rute sungai Murray River, dan berputar kembali kepada rute asal.

image

Setelah puas berpiknik di Kawasan Sungai “Murray River”, saya menyempatkan diri untuk berjalan sepanjang kawasan jalan utama kota Mannum. Suasana khas Australia langsung terasa disini. Souvenir dan ”groceries store’ khas australia nampak dominan, dengan hiasan dan lagu lokal yang diperdengarkan melalui speaker lokal, kota ini nampak sedikit “hidup”.

Hotel dan restoran lokal banyak menyajikan masakan barat seperti burger, Fish and Chips dan sejenisnya. Sedikit info, ‘Fish and Chips’ disini terbilang istimewa dan cukup terkenal, boleh dicoba.

Tidak ketinggalan, para pengemar barang antik, disana juga terdapat beberapa toko yang menjual barang antik, termasuk didalamnya piring, cangkir, sendok, dan lain sebagainya. Adapun barang antik yang dijual umumnya berasal dari eropa. Area ini cocok untuk sekedar cuci mata, atau memang bertujuan untuk mengoleksi barang antik.

image

Sebagai tambahan referensi bagi anda penggemar travelling, kota kecil ini layak dimasukan ke dalam daftar kunjungan anda.

Jangan lupa siapkan tenaga dan sisihkan tabungan anda untuk melengkapi liburan bersama keluarga atau sahabat dengan peralatan memancing, berkemah dan membeli perahu boat bila perlu.

Salam traveller!

“Car Seat Headrest”, Ketika Bermain Gitar Dalam Keterpurukan

Musikalitas adalah sebuah ekspresi, bukan skill dan peralatan. Itulah definisi musik yang dikedepankan oleh sebuah Group Indie bernama “Car Seat Headrest” asal Leesburg, Virginia, Amerika Serikat. Bermain di jalur indie musik tidak menyurutkan niat mereka untuk mengekpresikan hasrat mereka dalam bermusik.

car head restMenghasilkan banyak karya musik selama 6 tahun bukanlah hal yang biasa. 16 lagu sudah mereka tulis, dan dalam waktu singkat kita akan terinfeksi oleh suasana hati mereka yang moodie’.

Berawal dari proyek solo pada tahun 2010. Dalam lagu “Vincent”, merupakan kemurnian sebuah maha karya mereka tanpa sebuah karakter yang baku. Bagan lagu, lirik dan sound gitar yang “semau gue”, membuat lagu ini terkesan urakan dan jenius. CSH terlihat mencoba merangkum semua unsur metafora indie, tanpa harus menjilat para industrial musik yang terkesan kapitalis, serta mampu mempertahankan kebebasan mereka dalam bermusik.

Lagu “Drugs with Friends” adalah sebuah lagu humor yang bisa membuat Jonathan Richman (Penyanyi dan penulis lagu asal Amerika era ’70 an) kesal dan tertawa sekaligus. Dan lagu “Just What I Needed” yang terinspirasi oleh fenomena mobil dan motor, seakan menggambarkan rasa hormat mereka terhadap seorang Neil Young.

1441120339car_seat_headrest_still

Will Toledo, sang vokalis utama group ini ( yang banyak terinspirasi oleh ‘Beck’), adalah sosok jenius dibelakang semua ini. Sekarang mereka dikontrak oleh indie/major label. Uniknya, album pertama direkam di sebuah studio tradisional, dengan peralatan seadanya, dan vokal direkam dibelakang jok mobil. Dibelakang jok mobil? ya, vokal direkam dibelakang jok mobil, karena untuk mendapatkan efek akustik. Simply genius.

Berikut lagu hits mereka:

Car Seat Headrest – Vincent

Car Seat Headrest – Drunk Drivers

Sepertinya,hanya masalah waktu saja yang menentukan untuk membuat album mereka menjadi “Album of The Year” di Amerika Serikat, dan tetap berkarya dalam bermusik.

Cassanova, “Semuanya Untuk Dia”

image

Mungkin masih banyak yang tidak tahu akan sekumpulan anak muda kreatif, berintuisi tajam dan berbakat dalam musik ini. Ican (Drums), Gin Gin (Gitar), Erik (Gitar), Nanay (Bass) dan Iday (Keyboard) berkumpul karena hubungan mereka dalam arti persahabatan dan hobi yang sama. Lama bermusik, akhirnya pada tahun 2007 mereka bersepakat untuk membuat karya sendiri sebagai bentuk apresiasi musik mereka.

Dalam album perdana merek yamg bertajuk “Mengejar”, lagu mereka tergambarkan sebuah aliran musik yang dinamis, mudah dicerna dan cenderung progresif dalam pengolahan chords, membuat grup ini lain daripada yang lain. Pemilihan sound gitar yang ‘vintage’, ‘delayish’ dan atmospheric, membawa kita seakan berada di dimensi lain yang menggambarkan emosi lagu.

Dalam Album perdana, dihasilkan 3 hits yang menjadi andalan mereka:
1. Mengejar.
2. Jika Saja Bisa.
3. Seperti Hantu.

Syahdu dan elegan, cocok menggambarkan karakter musik mereka. Tidak cengeng namun melankolis adalah ciri mereka. Sebuah grup yang tergolong sulit ditemukan sekarang ini.

Awalnya, grup ini belum memiliki vokalis untuk menyuarakan’ lagu lagu mereka. Sambil menunggu menemukan vokalis yang cocok, akhirnya mereka memutuskan untuk mengirim sample lagu mereka dengan menggunakan sample vokal Iday untuk sementara, ke sebuah beberapa Major Label Company. Uniknya, beberapa Major Label yang menerima kiriman sample, menyukai karakter vokal saang Kibordis, dan menyarankan agar Iday yang menggawangi posisi vokal di Casanova.

Akhirnya, dipilihlah EMI sebagai naungan label mereka, dan Iday mengisi posisi Vokal. Proses taking/rekaman Album perdana dilakukan disebuah studio di kawasan Jl. Burangrang, Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

image

Selama proses rekaman, Ican (Drum), menggarap sebagian komposisi drum looping dan sounding. Proses rekaman album pertama memakan waktu sekitar 3 bulan. Sementara Erick, Gin Gin dan Nanay menggarap dan mengimprovisasi sound dan aransemen instrumen msing-masing. Sedangkan dalam pengolahan teknik vokalisasi, Iday dibantu oleh pelatih vokal Dorry Chalmas.

Berikut lagu Hits mereka lainnya:

Dalam sejarah perjalanan karir mereka, terjadi perubahan formasi dalam grup, dimana Iday meninggalkan posisi vokal dan digantikan oleh Dimas.

Dalam album kedua mereka, terlihat perubahan signifikan dalam segi aransemen musik, dan proporsi chord yang cenderung berirama ‘Melayu’, melankolis serta mudah dicerna.

image

Situasi pasar musik Indonesia saat itu yang cenderung kekanak-kanakan’, karena masyarakat kita umumnya belum memiliki identitas dalam selera musik pada umumnya, membuat musik mereka agak sulit untuk tumbuh dalam sudut pandang komersialitas.
Ditambah buruknya pelaku industri musik yang sangat kapitalis, membuat para petinggi musik tanah air mudah untuk berembuk’ dalam menentukan trend musik yang akan dijadikan patokan di tanah air untuk waktu yang akan datang.

Namun demikian, kehadiran mereka dalam blantika musik Tanah air telah memberikan warna dan corak tersendiri dalam sejarah permusikan Indonesia.

Dan Berikut video versi TNI yang sempat beredar dikalangan netizen:

Cassanova-Mengejar (Versi TNI)

Diharapkan, nantinya akan muncul ‘Cassanova’ baru yang bisa meramaikan kreatifitas dan memperkaya khasanah musik Indonesia.

Salam Musik Indonesia, dan tetap berkarya, Sobat.

Serunya Berkebun Sambil Travel di Australia.

Australia, dengan segala pesonanya, ternyata menyimpan banyak ‘harta karun’ lain yang menarik minat para pendatang ujtuk menggalinya, Termasuk perkerjaan didalamnya. Tinggal di perantauan, terutama di luar negeri, membutuhkan semangat dan tekad lebih, sekedar untuk bertahan hidup adalah hal yang paling masuk akal untuk dilakukan.

Bagaimana tidak, biaya hidup yang tergolong tinggi, khususnya di Australia dan Adelaide, membuat para pendatang harus memutar otak guna memanfaatkan peluang yang ada. Meskipun ada pekerjaan lain yang bisa anda coba, tapi pekerjaan kebun merupakan pilihan umum bagi para masyarakat pendatang di Adelaide.

Profesi Petani di Australia

Mengapa berkebun? Karena, South Australia merupakan salah satu negara bagian yang paling banyak hasil produksi pangannya. Hasil pangan seperti, Anggur, Strawberry, Jamur, Capsicum, gandum, tomat, Cherry, kentang dan lainnya, sangat diminati oleh konsumen lokal bahkan luar negeri.

Tidak heran, bila anda berkunjung ke South Australia, anda akan menjumpai banyak perkebunam dan hamparan lahan nan luas hijau tak berujung.

Banyak orang beranggapan bahwa profesi petani, peternak dan nelayan itu hppeless atau pekerjaan ‘gak penting’. Tunggu dulu boss, kayanya pemikiran itu perlu diralat, karena yang berpikiran seperti itu umumnya adalah anggapan orang Indonesia pada umumnya.

Di Indonesia, umumnya orang beranggapan profesi petani, peternak dan nelayan dianggap remeh. Saking dianghap remeh, maka tidak ada lagi orang disana yang tertarik untuk berkebun atau bertani, bahkan berlayar. Mereka beranggapan untuk memilih ke kota besar dan bekerja disana.

Pengaruh Regulasi Pemerintah

Untuk fenomena krisis tenaga kerja agraria di Indonesia, beruntungada beberapa orang masih berbaik hati untuk membantu sektor agraria dan pangan di Indonsia dan mengabdikan dirinya secara total, tapi alangkah baiknya bila mereka dibantu oleh orang yang berkokmpeten pula. Hal ini kasusnya mirip seperti seorang insinyur mesin harus mengurus proses pengembangbiakan produk pangan berkualitas. Sama seperti halnya menyuruh orang buta untuk menggambar. Sebetulnya mereka tidak bisa disalahkan juga, karena tentunya mereka perlu menafkahi keluarga, dan hak mereka pula tentunya, mau kerja di bank atau bengkel sekalipun. Tapi, disinilah letak pentingnya peran dan kebijakan pemerintah dalam mengatur regulasi tentang ketenagakerjaan dan pendidikan di Indonesia.

Tapi sudahlah, sepertinya hal itu terlalu panjang dibahas disini, dan ujungnya kita akan berpolitik, terlalu berat.

Banyaknya peluang Bekerja di Australia dalam bidang agraria.

Nah, kembali lagi ke topik, di Australia, justru kebalikannya. Orang-orang kaya disini adalah para petani, peternak dan nelayan. Merekalah yamg menguasai rantai distribusi, dan merupakan penghasil pajak terbesar di Australia, selain pemilik tambang tentunya.
Sebagai hambaran, salah satu peternak disini, bayar pajak pendapatannya mencapai 10 milyar rupiah per tahun, bisa anda bayangkan berapa income mereka.

Ditambah lagi, Nelayan disini kaya raya, makmur dan pemilik pabrik dan perusahaan penyewaan kapal pada umumnya. Minimal, mereka bisa dan mampu untuk memiliki saham di perusahaan pengepakan ikan di Australia,. ‘They proud of their country, and they will growth locally’, begitulah prinsip mereka, para petani dan nelayan lokal Australia.

Anda Tercengang? Tunggu dulu, ada satu lagi yamg perlu diinformasikan. Para profesi ‘tukang kebun’ disini (begitulah kita menyebutnya), memiliki kendaraan pribadi terbaru, misalnya dari mulai Nissan “X-Trail” anyar sampai Mercedes keluaran terbaru. Sungguh kebalikan dengan kondisi petani dan nelayan di negara kita Indonesia.

Maka tidak heran bila Australia tidak akan pernah kekurangan pangan, sungguh mustahil. Karena ya itu, semua orang kompeten berkecimpung dalam bidang agraria disini, atau pada bidangnya masing-masing. Sehingga kualitas produknya pun bisa dibilang sempurna dan berkesinambungan.

Kebun Strawberry

Bekerja di kebun Strawberry merupakan salah satu pengalaman unik yang pernah saya rasakan. Bagaimana tidak, nyemplung di sawah pun tidak pernah, atau berkebun di rumah tanah air pun hampir jarang atau tidak pernah, bagaimana saya bisa bekerja di kebun yang hasil produksinya sangat fantastis dan produknya sangat penting bagi kelangsungan negara ini? Itu pikir saya. Tapi, dengan tekad bulat, saya pun memberanikan diri untuk mencobanya.

Bekerja di kebun strawberry ini lokasinya lumayan jauh dari kota, sehingga saya harus menempuhnya dalam waktu 45 menit melewati bukit dan pegunungan kecil dan menanjak. Maklum, buah strawberry hanya bisa tumbuh dalam suhu yamg dingin. Dan, anda bisa bayangkan bekerja di kebun ini adalah jenis pekerjaan outdoor, sehingga pekerjaan ini tampak seperti tamasya wisata alam bebas.

Jam kerja biasanya dimulai pukul 7 pagi, selesai pukul 4 sore. Dan saya pun bersiap untuk ikut menumpang kendaraan teman saya. Sudah menjadi hal lumrah disini bagi kalangan orang Indonesia, anda bisa ikut mobil teman anda atau agensi kerja untuk berangkat bekerja, dan anda membayar 10 dollar per orang setiap harinya. Jadi, lumayanlah bila anda bisa mengangkut banyak orang setiap hari, penghasilan anda ada sedikit sampingan dari cara ini.

Atau, anda bisa bergantian menggunakan kendarasn setiap orang, biasanya digilir setiap minggu, atau per 3 hari misalnya. Semua tergantung kesepakatan setiap orang tentunya.

Bekerja di kebun strawberry tempat saya bekerja ini umumnya terbagi kedalam 2 bagian: bekerja di luar, atau di dalam (shed). Dan setiap bagian mempunyai sub bagian lagi yang lebih detail tanghungjawabnya. Seperti di bagian luar misalnya, ada yang bekerja sebagai pengawas, forklifter, pengangkutan, bahkan pemetikan.

Saya awalnya tidak menyangka bahwa proses pengolahan kebun strawberry akan serumit ini, dan melibatkan banyak pekerja. Tidak heran bila pemilik kebun harus berinvestasi besar dalam hal ini.

Bagi para pekerja baru, keka musim panen tiba, umumnya mereka ditempatkan di bagian pemetikan buah. Dan mereka menggunakan kereta atau becak khusus yang didesain sedemikian rupa agar bisa memetik straweberry dengan efektif, dan ergonomis.

Jumlah ‘picker’ atau pemetik buah bisa mencapai 60 orang, tergantung jumlah pelamar yang berminat kerja. Ya, kadang kami sering kekurangan pegawai saat musim panen tiba, karena luasnya lahan dan besarnya kapasitas produksi yang dihasilkan begitu massive dan terstruktur. Belum bila dihitung dengan jumlah karyawan bagian pengepakan saja, bisa berjumlah 20 orang, yang kerjanya sangat cepat karena dikejar deadline dan target pengiriman.

Dalam memetik strawberry, kami biasa menggunakan kereta khsusus di lapangan. Kereta ini didesain memiliki 3 roda, dan 2 roda berada sejajar sebelah kiri, dan sstu roda di sebelah kanan. Fungsinya agar kereta ini dapat berjalan melewati jalur tanaman strawberry yang siap petik. Jalur ini sangat panjang, dan terbagi kedalam nenerapa sektor. Posisi kereta sangat rendah, dan didorong oleh kaki serta bergerak ke belakang, dan dikendalikan oleh sebuah besi lurus memanjang ke arah kita, yang berfungsi sebagai ‘steer’.

002
Luasnya kebun Strawberry di South Australia, bisa mencapai 10 hektar are. Silahkan anda cona untuk berjalan dari setiap sudut, dijamin badan anda akan langsing dan fit. (Photo credit: Barry/iroquistore.com)

Ketika pertama kali mencoba, hal yang paling pertama saya rasakan adalah sakit pinggang! Bagaimana tidak, anda bisa bayangkan duduk dibawah dan mendorong ke belakang dengan kaki, dan panjang lahan mencapai 1 km. Sungguh melelahkan. Makanya saya salut dengan kegigihan para rekan student lain yang bisa memetik produk hingga ratusan kilogram dalam satu hari, terutama bagi wanita, hal ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan.

Sistem penggajian bervariasi, ada perusahaan yang menghitung berapa ‘tray’ atau baki yang bisa anda hasilkan dalam satu hari, atau dibayar per jam, atau bahkan dihitung berdasarkan berat.

Bekerja dalam bidang ini sungguh menguras energi. Kita harus melawan dinginnya udara pagi yang menusuk, kadang hujan menyambut kita, dan tanah pun jadi berlumpur, yang mengakibatkan beratnya becak ketika ditolak dengan kaki. Tidak heran bila banyak becak yang terguling ketika kita akan berpindah lahan, atau kaki yang terasa pegal ketika harus mendorong kereta sepanjang hari.

006
Ketika kami bekerja untuk proses pembibitan dan pembenihan. Hanya kami yang bekerja selama musim strawberry libur. (Photo credit: Barry/iroquistore.com)

Ketika istirahat tiba, kita pun segera beristirahat di kereta tempat kita memetik. Saya membawa bekal makanan sendiri yamg dimasak dsri rumah. Jangan harap anda bisa menemukan kantin disini, karena letak kebunnya berada di tengah hutan. Bila beruntung, anda bisa sedikit menikmati buah strawberry sebagai pencuci mulut.

Setelah dipetik, produk disimpan didalam baki khusus, dan ditempatkan dibelakang kereta. Maka anda harus hati-hati dalam mendorong kereta ini agar buah atau baki jangan sampai tumpah. Dan setelah menumpuk di belakang kereta sebanyak 7 baki, maka tray akan diambil oleh bagian pengangkutan dan diberi nomer berdasarkan nomor anggota anda. Dan, pada akhir jam kerja, biasnya berat hasil petikannnya akan ditimbang dan dicek apakah kualitas buah sudah sesuai dengan standar dan prosedur.

196
Beberapa produk siap diolah, hanya buah yang masih mentah (berwarna putih) harus dibiarkan sampai layak untuk dikonsumsi. (Photo credit: Barry/iroquistore.com)

Selanjutnya, ‘trays’ akan dipindahkan ke gudang penyimpanan berpendingin, dan disimpan selama satu hari untuk kemudian dipacking keesokan harinya. Produk perlu didinginkan terlebih dahulu, karena banyaknya produk yang dihasilkan, sehingga stok yang paling awal masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu. Begitulah prinsip Akuntansi FIFO yang digunakan disini untuk sistem distribusi penyimpanan.

198
Produk siap untuk dipindahkan ke gudang penyimpanan berpendingin. (Photo credit:Barry/iroquistore.com)

Setelah produk selesai dikemas, maka semua disimpan didalam coolroom khusus yang berukuran besar, dimana semua produk ditumpuk dalam ‘pallete’ yang jumlahnya banyak. Sebagai info, beberapa produk ada juga yang diekspor ke luar negeri seperti Perancis, Jerman dan negara eropa lainnya. Jadi, kualitas produk harus dijaga betul guna memenuhi standar kualitas makanan disana.

Working Holiday Visa

Semua kegiatan tadi bisa kita laukan secara resmi di Australia, dengan cara mendaftarkan diri kita untuk jenis visa “Working Holiday Visa”. Jenis visa ini memungkinkan kita untuk bekerja sekaligus berlibur di Negeri Kanggur tersebut.

Untuk lebih jelasnya, info tentang visa ini bisa anda cek di artikel lain di website ini.

selamat mencoba!

Indahnya ‘Bay Area’ di San Francisco, Amerika Serikat.

Bila berbicara tentang Kota San Francisco, umumnya orang akan berpikir tentang Golden Gate, yang merupakan ciri khas dari kota ini. Tapi jangan salah, masih banyak ikon lain yang bisa dikunjungi, salah satunya adalah kawasan Bay Area.

“It’s gonna be a long story, though”. Begitu pikiran saya ketika berniat menulis petualangan saya di Kota San Francisco, Amerika Serikat.

Tapi, apa boleh buat, sayang bila kisah ini tidak saya abadikan dalam sebuah tulisan, yang mungkin bisa berguna suatu saat nanti. Well, lets get started, mate!

Waktu menunjukan pukul 4 pagi waktu setempat. Udara sangat menusuk dingin hingga ke tulang rusuk, maklum suhu menunjukan 2 derajat celcius, hampir sama dengan kulkas dinginnya, begitulah kira-kira.

Daerah disana memang terkenal dingin dan bersalju, apalagi bila datang musim dingin pada bulan November hingga Februari, wooow rasanya! kuping pun terasa mau putus karena saking dinginnya.

Saat libur tiba, saya berencana mengunjungi state atau kota dimana mertua saya tinggal saat ini, Richmond, California. Saya pun berencana untuk berpetualang bersama rekan dekat saya asal Filipina, Kim Zapanta.

Kami sepakat untuk memilih berkendara menggunakan mobil ketimbang pesawat, kenapa? karena keingin tahuan saya langsung muncul ketika melihat informasi bahwa perjalanan dari Portland Oregon, ke Richmond , California memakan waktu 8 jam. Terbayang langsung akan keindahan panorama a la film, dan objek wisata lain yang bisa saya singgahi sepanjang perjalanan. Bila anda bepergian menggunakan pesawat, dijamin tidak akan seru perjalanan anda, cepat memang dan tidak melelahkan, but hey man, kita disini bukan untuk keperluan bisnis, atau orang kelebihan duit, hehe. Jadi, opsi berkendara dengan mobil dirasa yang paling memungkinkan bagi kami.

Akhirnya, kami berangkat pukul 6 pagi dan tiba di California pukul 4 sore kurang lebih, karena dalam perjalanan saya harus berhenti untuk mengisi perut dan mengisi bahan bakar.

Ada yang unik sepanjang trip saya selama berkeliling Amerika, tunggu dulu, Keliling Amerika? Betul sekali. Saya termasuk salah satu orang yang beruntung bisa mengetahui seluk beluk hampir setiap negara bagian di Amerika; kebetulan atas izin-Nya saya diberi kesempatan untuk berkendara keliling Amerika, dari ujung Barat ke ujung Timur.

Dalam setiap perjalanan, saya selalu membawa rice cooker dan memasak nasi disetiap rest area, atau bahkan restoran fast food. Dan serunya lagi, kadang saya bisa mendapatkan minuman soda gratis dari setiap restoran fast food yang saya singgahi. Caranya? Sssst…cukup membawa cuo minuman yang bermerk sama dengan yang tersedia di fast food, anda bisa meminta mengisi ulang kepada petugas disana. Latak dicoba. Meskipun, harga soft drink disana tidak begitu menguras kantong pada umumnya.

Setelah sampai di California, Perjalanan masih harus ditempuh sekitar 3 jam untuk menuju Los Angeles, dan 2 jam menuju San Francisco.

California, ternyata sebuah tempat yang indah, subur dan hijau. Sepanjang Highway, terlihat nanyak sapi berkeliaran di padang rumput, dan ladang gandum yang Maha Luas. Inilah gandum yang akan digunakan sebagai bahan utama roti dan bir bermerk ‘Budweiser’ diantaranya. Dan, ladang gamdum ini hanya terdapat di California karena suhu yamg cocok.

Sampai di Richmond, kota kelahiran sang legenda Bruce Lee, Kota ini terbilang lumayan padat, dengan populasi lumayan besar, tapi tidak sebesar Bandung. Kota ini boleh mirip fungsinya dengan New Jersey; sebagai kota transit fungsinya. Banyak orang tinggal di Richmond dan bekerja di San Francisco, seperti halnya orang tinggal di New Jersey untuk bekerja di New York City.

Setelah beramah tamah dengan kerabat dan keluarga di kota Richmond, sang mertua menyuguhkan masakan khas Indonesia yang lezat. Setelah menikmati hidangan, tak terasa mata terasa lelah, saya pun memutuskan untuk segera beristirahat.

San Francisco.

Esok hari, saya memutuskan untuk mengunjungi kota San Francisco. Kebetulan jarak dari kota Richmond ke San Francisco ‘hanya’ 1 jam lamanya, atau 45 menit, pake acara ngebut.

Pagi hari ‘on the day after’, saya langsung meluncur ke kota San Francisco sejak awal dan sarapan terlebih dahulu, mengingat banyaknya tempat yang akan saya datangi nanti, dan saya hanya memiliki waktu yang lumayan singkat, akhirnya saya memutuskan untuk mengunjungi salah satu tempat ikonik di San Francisco yang paling ramai dikunjungi wisatatawan.

Melewati jalan tol yang menghubungkan kedua tempat, yang bernama ‘San Francisco-Oakland Bay Bridge’, dimana jembatan tersebut terdiri dari dua tingkat, dimana setiap tingkat digunakan untuk jalur berbeda arah.

Indah, bersih dan modern, pikirku. Kota ini merupakan campuran dari kota dermaga dan gedung pencakar langit yang modern. Disinilah tempat munculnya merk celana paling terkenal seantaero jagad: Levi Strauss, atau populer disebut Levi’s. Sempat mampir ke downtown area, saya tidak menyangka bahwa San Francisco begitu canggih, tidak seperti yang saya lihat sekarang ini. Gedung tinggi, Football Stadium, restoran, hingga bandara udara internasional terdapat disini. Sepanjang pengalaman saya bertualang, San Francisco layak disamakan dengan New York City, hanya bedanya, San Francisco terlihat lebih bersih.

DSC00852
San Francisco Bay Area, salah satu sudut kota San Francisco.

Tempat pertama yang saya singgahi ketika itu “The Fisherman’s Wharf”. The Fisherman’s Wharf bertempat di dermaga disekitar pinggiran kota San Francisco, atau “Pier 39” orang lokal menyebutnya. Awalnya saya tidak menyangka bahwa lokasi ini begitu ‘iconic’ bagi warga lokal. Tidak heran, karena Lokasi ini menjadi tempat kunjungan wisata para turis, karena menyimpan beberapa cerita.

Di area inilah terdapat salah satu, atau beberapa (?) kapal-kapal perang yang dahulu kala digunakan ketika perang dunia I berlangsung.

Alcatraz

Icon lain yang membuat populer di kawasan ini adalah terdapatnya penjara paling terkenal diseluruh dunia, Alcatraz. Tempat ini dulunya merupakan sebuah tempat tahanan bagi para pelaku kriminal kelas berat pada era tahun 1920-an. Untuk mengunjungi tempat ini biasanya kita bisa melakukan perjalanan sendiri, atau mengikuti tour yang disediakan oleh pemerintah setempat. Cukup membayar 20 USD, anda bisa mengikuti perjalanan ke area penjara terkenal ini.

Tidak lupa pula, melalui area ini anda bisa melihat Jembatan ‘Golden Gate Bridge’ yang terkenal dari sini.

Fisherman Wharf.

DSC00859
Pintu masuk lokasi Fisherman’s Wharf, San Francisco

Ketika tiba, waktu masih menunjukan pukul 9 pagi, masih terlalu dini bagi restoran untuk buka. Maka, saya menyempatkan diri untuk menikmati Caffe Late di kedai kopi terdekat. Jajanan di area ini sungguh bervariasi. Namun yang paling populer adalah jajanan seafoodnya yang berbahan dasar kepiting. Kepiting ini merupakan hasil tangkapan nelayan lokal yang biasanya melaut setiap musim ikan atau komoditi. Ada yang melaut ketika musim ikan tuna, kepiting atau bahkan kerang.

clam chowder
Clam Chowder

Jajanan ini biasa disebut “Clam Chowder”; semacam cream soup yang berbahan utama kentang dan kerang. Rasanya nikmat, dan sedikit asin. Beberapa restoran di lokasi ini membuat masakan ini berdasarkan gaya masing-masing. Ada yang menambahkan daging kepiting, atau ikan, bahkan jagung. Harga satu porsinya rata-rata sekitar 25 USD sampai 30 USD, lumayan mahal bila anda menikmatinya di restoran mewah. Tapi, biasanya ada beberapa tempat yang menyedikan masakan sejenis yang berlokasi di area food court, dan harganya relatif lebih murah. Food court atau jajan dipinggir jalan yang menjadi alternatif saya.

DSC00857
Berpose bersama pedagang Seafood lokal di Bay Area.

Oh ya, dan jangan lupakan kepiting rebus lokal khas San Francisco. Ukurannya terbilan lumayan, sehingga untuk menghabiskan satu porsi saja saya pikir sudah kenyang. Cara memasak kepiting ini normalnya direbus didalam air garam, dan disajikan polos. Jenis makanan ini memang ditujukan untuk cemilan ringan. Ada pula yang digoreng, dan ditemani kentang goreng dan saus, sehingga jenisnya mirip seperti perkedel. Semuanya enak, tergantung jenis mana yang anda suka. Penyajian yang paling saya suka adalah ketika daging kepiting disatukan dengan mayonaise dan roti kadet, serta dicampur saus cream dicampur sayiran dan resep racikan tradisional mereka.
Capcussss rasanya!

crab_san francisco

Luar biasa sensasinya. Tapi hati-hati terhadap kolesterol anda bila terlalu banyak menyantap daging kepiting, ok. Bisa bisa asam urat anda langsumg naik, dan kaki langsung pegal rasanya.

DSC00867
B.A.R.T (Bay Area Rapid Transport) Moda transportasi utama di San Francisco Bay Area .

Setelah menikmati semangkuk cream soup of clam chowder, saya segera berkeliling di area sekitar. Terlihat beberapa transportasi umum lalu lalang. Transportasi umum yang terkenal disini disebut dengan B.A.R.T, atau orang biasa menyebutnya ‘Bart”. Adalah kepanjangan dari ‘Bay Area Rapid Transit’, yang dari namanya bisa ditebak; menghubungkan beberapa area di wilayah pesisir. Bentuknya seperti bus kuno zaman dulu yang tampak sudah berusia puluhan tahun. Kereta ini bertenaga listrik, sehingga lebih tepat disebut Trem. Berbeda dengan konsep moda transport umum di kota lain, nampaknya pemerintah lokal ingin mempertahankan konsepe ‘Heritage’, untuk menarik minat turis dan menjaga tradisi lokal.

DSC00873
Tempat penampungan sementara Anjing laut

Tidak jauh dari tempat jajanan, saya mendatangi lokasi lain yang terbilang unik. Mengapa unik? karena disini terdapat tempat beristirahatnya para Anjing laut yang biasanya muncul untuk berjemur dan beristirahat. Pemerintah setempat menyediakan tempat khusus, semacam dermaga kecil terapung yang terbuat dari kayu berukuran 25 meter persegi, sehingga anjing laut bisa beristirahat ditempat ini. Dermaga kecil ini berjumlah kurang lebih 20 buah, sehingga bisa anda bayangkan betapa banyaknya jumlah populasi anjing laut di lokasi ini.

DSC00875

Tidak terasa waktu sudah semakin sore, dan besok pagi saya harus segera melanjtukan perjalnan ke Dsineyland di kota Los Angeles, California. Setelah itu, saya harus kembali ke kota tempat kerja saya berada, Portland, Oregon.

Maka saya memutuskan untuk segera pulang dan menghabiskan waktu dengan keluarga untuk makan malam bersama, karena kesempatan untuk berkunjung kesini sangat jarang dikarenakan jadwal yang lumayan padat.

Itulah salah satu pengalaman di San Francisco. Teringat lagu yang dipopulerkan oleh Tony Bennet, “I Left My Heart In San Francisco”, adalah benar adanya. Tempat ini akan selalu berada di hati saya karena keindahan alam dan ketenangannya.

Di artikel lain, akan saya ceritakan pengalaman saya ketika berkunjung ke Golden Gate Bridge dan China town di San Francisco, Amerika Serikat.

Salam Petualang dan sukses selalu semuanya. Semoga bermanfaat.

Nesia, Inspirational Melody of Anti-Mainstream

It started with a story from the past that came back to me, this fragment of life became an inspiration for the songs and lyrics.” That’s what Ujer said, one of the founding member of this group.

Ujer had been writing songs since he was in high school. Not really enthusiastic at first, he never thought that his music career would continue until he was in college.

Having friends who had same vision about music, allowed him to continue his passion towards music. Together with Apip (bass), Berry (keyboard), and Rama (drum), he started to build a network to start a band.

After a few discussions about how they wanted their music to be different from what was popular at that time and which direction they were going, Nesia was formed. Their first single, “angkatan 95”, was named after the year they graduated from high school, since most of them were attending the same high school.

With initial band members Ujer (Guitar/Vocal), Arif “Aik” (Guitar), Rama (drums), Apip (bass), and Berry (keyboard), they started their journey in music industry in Bandung. They recorded their songs and some potential materials at a Studio in Sekeloa, Bandung managed by Umar.

As with any other groups, they experience several line up changes. Lucky (Govinda), Uep, Widi Pratama, to name a few. But a strong vision keep the band alive.

They later appointed Yoga Gayo’ as their Road Manager, who brought this group to the next level, recording with major label, in 2000.

One of the major label, Universal Music Indonesia, heard about this band and took interest in working with them. So they were asked to come to Jakarta to discuss this. They also had discussion with several musicians such as Baron Suprayogi (Gigi), Andy Bayou (Bayou band) who were willing to help them with their first album.

These were some of their songs

Nesia _Ingin Tak Mungkin

Nesia – Bicaralah

Unfortunately, their music journey with the Major label had to stop halfway through, because they felt that they didn’t have the same vision and ideas with the recording company.

But this didn’t affect them much, since from the beginning they prefered to be with indie label. They felt that with indie community, their they have freedom to express their desires and idealism without being controlled by market demand. “let us express our music based on our intuition, not by financial profit or popularity” said Ujer.

They still continue working with their passion in expressing their music. Their album, “Yang Kutemukan” was released by an indie label, and distributed in Bandung. They do however face some difficulties in continuing their works, since their Vocalist now is residing in Canada and their keyboardist in Australia, while some of the members still continue to take part in Indonesia music industry.

But that didn’t stop them to keep communicating and Continue their passion towards music.

Bravo, Nesia! Keep the dream alive!

Translated by Ujer