“Gurih dan Empuk”. Begitu kira-kira ucapan dari mulut saya ketika pertamakali mencoba salah satu makanan khas Australia, Lamb Spit’, begitu orang-orang disini menyebutnya.
Lamb spit merupakan makanan yang berbahan dasar Domba muda yang berukuran sedang, kira-kira berumur 1 sampai 1.5 tahun, dan dimasak secara utuh. Kalau di Indonesia, boleh kita samakan dengan Kambing guling. Hanya bedanya, Domba disini berukuran agak gemuk, dan lebih cenderung mengandug lemak.
Saat itu saya kebetulan diundang oleh teman dekat saya, Pak Gede, dalam sebuah acara ramah tamah serta silaturahmi bersama rekan lain yang kebetulan juga tergabung bersama dalam sebuah kelompok musik Indonesia di Adelaide, South Australia. Memang bagi kebanyakan orang disini, biasanya menu Lamb spit menjadi pilihan utama dalam acara perjamuan atau ulang tahun yang sifatnya besar.

Lokasi acara kebetulan berada diluar kota Adelaide, di Lobethal tepatnya. Sebuah desa kecil nan indah, dikelilingi oleh bukit dan kebun anggur. Udara disana dingin dan sering berkabut ketika pagi tiba, cocok untuk secangkir kopi hangat ketika sarapan.
Acara berlangsung mulai pukul 12 siang, bertepatan dengan waktu makan siang. Dibutuhkan waktu sekitar 45 menit berkendara dari Adelaide ke Lobethal, maka saya beserta istri tidak menyia-nyiakan waktu untuk segera berangkat secepatnya.
Ketika sampai disana, tampak beberapa teman sudah hadir, kami pun beramah tamah dengan para undangan, dan mata saya tentu saja tertuju kepada suatu objek: sebuah tumpukan batu bara menyala, nampak diatasnya seekor domba utuh yang ditusuk kedalam sebuah tombak besi yang disimpan melintang diatas bara. Itulah lamb spit yang saya nantikan.
biasanya, sebelum dibakar, domba diberi bumbu terlebih dahulu. Banyak bermacam cara memberi bumbu pada domba ini sebelum dibakar, tapi khusus bagi Pak Gede, yang telah lama tinggal di Australia dan gemar memasak beserta istri, beliau menggunakan resep khusus.

Selama satu malam, domba utuh direndam dalam ramuan khusus yang terdiri dari garam, gula, anggur merah, rosemarry, bawang putih dan oyster sauce. Setelah bumbu meresap, baru domba utuh ditusuk kedalam tombak besi yang nantinya disimpan melintang diatas batu bara.
Domba dimasak selama kurang lebih 3 jam hingga meresap masak kedalam. Adapun tanda daging domba sudah matang, biasanya daging berwarna kecoklatan muda. Usahakan jangan dimasak terlau kering atau matang, karena akan kehilangan sari rasa nya yang khas. Domba Australia memang terkenal akan kenikmatannya ketika dimasak setengah matang, dan dagingnya masih berwarna agak kemerahan. Tampak asing memang memakan daging agak setengah matang, tetapi memang disitulah kelezatannya, silahkan anda coba sendiri bila tidak percaya.
Ketika sudah matang, lamb spit siap disantap dengan cara diiris, biasanya dipadukan dengan kentang bakar, atau ‘mash potatoes’. Kentang bakar? ya, cara memasaknua mudah. Kentang ini cukup dibungkus dengan aluminiun foil, dan disimpan didalam bara api selama mungkin. Meskipun dibakar, kentang ini tidak akan hangus dalamnya, karena terlindungi oleh aluminium foil. Malah sebaliknya, kentang ini terasa lembut didalam.
Oh ya, dalam penyajiannya, lamb spit dipadu dengan kentang bakar, lettuce, irisan bawang bombay, irisan wortel, dan kacang polong yang direbus. Jangan lupa siram sedikit saus khusus yang biasa disebut gravy dalam istilah inggrisnya.
Kamu bisa mencobanya di Indonesia, dengan bahan berbeda tentunya. Kita bisa gunakan kambing sebagai bahan utamanya.
Selamat mencoba!